Friday, May 25, 2012

Tentang Makanan Favorit dan Tidak Favorit

Wah tema #ngeblogramerame minggu ini seru banget! Ngomongin makan favorit. Buat saya, selalu menyenangkan saat membicarakan serba-serbi makanan. Maklum saya doyan makan enak soalnya. Hehehe. Cerita soal makanan favorit, pilihan saya jatuh pada sushi dan sashimi. Tentu udah nggak asing lagi sama makanan Jepang ini kan. Sushi terbuat dari nasi ketan yang digulung dengan nori (lembaran rumput laut) dan dipadukan dengan seafood, ayam atau bahkan daging sebagai isinya. Serta sashimi, hewan laut yang dimakan dalam keadaan mentah, favorit saya sih salmon sashimi alias ikan salmon mentah. 





Saya harus berterimakasih sama sahabat saya @dinadya yang sudah memperkenalkan saya dengan sushi dan sashimi. Ceritanya waktu itu kami sedang janjian ketemuan di Senayan City. Berhubung Dinad lagi ngidam sushi, jadilah kami mampir di Sushi Tei. Dinad jugalah yang ngajarin cara makan, meracik bumbu sampai memilih menu sushi yang enak. Seketika langsung jatuh cinta pada kecapan pertama :) Sushi dan sashimi ini jadi comfort food saya ketika lagi stres. Jadi jangan heran kalau tiba-tiba ketemu saya di salah satu restoran Jepang lagi makan sushi sendirian. Tandanya saya lagi stres dan galau :p seperti yang saya tulis di postingan sebelumnya, kalau seafood terutama salmon mengandung Omega 3 yang bermanfaat untuk menjaga mood tetap positif.




Pilihan pertama saya untuk makan sushi dan sashimi memang Sushi Tei. Dari citarasa yang pas dengan indera pengecap saya. Enak :) Untuk harga pun cukup terjangkau. Untuk pengunjung yang berulang tahun juga bisa menikmati penawaran istimewa. Gratis kue ulang tahun dari Sushi Tei :D (*bukan postingan berbayar). Meskipun banyak juga resto sejenis yang menyediakan hidangan yang sama, seperti Takigawa, Midori, Sushi Groove, Kiyadon, dan banyak lainnya.





Sashimi dan Sushi pilihan saya kalau di Sushi Tei ada beberapa nih: Crispy Roll (sushi dengan potongan unagi/belut, telur ikan dan ditambahkan crunchy sebagai kriuk-kriuk), Crispy Lobster Roll (sushi dengan potongan lobster yang dimasak dengan saus mentai-mayonnaise dan cheese, serta crunchy), Sashimi Salad (sashimi salmon dengan selada, tomat, bawang bombay, disajikan dengan saus khas Sushi Tei). Kemarin saat saya bertemu dengan teman-teman kuliah sambil makan di Kiyadon, kami menemukan lagi sushi dengan rasa yang orgasmic alias bikin merem melek saking enaknya: yaitu Uramaki Sushi (sushi dengan salmon, telur ikan, unagi, mayonnaise, diisi dengan crunchy). Waduh. Panjang juga nih postingannya. Ngga bisa berhenti saya kalau ngomongin sushi dan sashimi. Mending langsung dicoba aja. Hati-hati ketagihan ya. Selain sushi dan sashimi saya juga menikmati pasta dan tentunya makanan Indonesia seperti tumis kangkung, opor ayam, dan lainnya. Intinya semua makanan yang enak pasti saya santap. Kecualiiiiii.....



....makanan yang tidak saya sukai, antara lain jeroan hewan. Iya semua-muanya saya ngga suka, mulai dari ati ampela, usus, otak, dan lainnya. Saya hanya mengonsumsi daging hewan aja. Lalu petai, terong, timun. Hemm apalagi ya. Udah sih itu aja kayanya.

 #ngeblogramerame

Tuesday, May 22, 2012

10 Hal yang Saya Syukuri

Hampir 27 tahun hidup di dunia, tentu banyak sekali hal-hal yang bisa disyukuri. Tapi memang terkadang saya sering lupa betapa baiknya Allah sama saya. Masih sering ngeluh. Masih sering galau. Masih sering mendramatisir keadaan yang buruk, memamerkannya di akun sosial media.

Namun dari akun sosial media juga, saya sempat membaca bagaimana menjalani hidup dengan lebih bahagia. Salah satunya dengan melakukan penghitungan berkah. Kira-kira dua minggu belakangan ini saya menjalani kebiasaan baru: menghitung berkah. Setelah sholat Isya, sebelum tidur, saat berbaring di kasur, saya mengingat hal-hal yang saya lalui di hari itu. Semua hal baik yang terjadi di hari itu saya simpan di ingatan sambil mengucap syukur kepada Allah.





Berikut ini adalah 10 dari berjuta hal yang saya syukuri sepanjang tahun:


1. Keluarga
Saya dilahirkan dalam keluarga yang hangat, cukup demokratis, dengan keadaan ekonomi yang biasa-biasa saja. Sejak kecil karena orangtua saya bekerja, saya jadi mandiri. Mulai dari masa SD sampai SMA saya terbiasa belajar atau mengerjakan pekerjaan rumah tanpa disuruh. Ajaran orangtua saya nempel banget di kepala. "Jadilah anak yang baik, jaga nama baik keluarga". Saya pun tumbuh menjadi anak yang baik-baik saja. Tidak pernah bersinggungan dengan permasalahan yang aneh-aneh sampai sekarang, karena walaupun orangtua saya bekerja, saya dan adik saya tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang. Betapa kagumnya saya dengan orangtua saya, yang mampu membagi waktu antara pekerjaan dan mengurus keluarga. Ajaran yang demokratis juga membantu saya memiliki jiwa toleransi yang cukup kuat. Sedari dulu tidak pernah menemukan kesulitan berarti saat menjalin pertemanan dengan orang yang berbeda agama dan suku. Saya dan adik pun dibiasakan untuk berani mengeluarkan pendapat saat diskusi keluarga. Karena hubungan kami yang cukup dekat, saya dan adik juga terbiasa berbagi cerita dengan orangtua. Misalnya saat lagi bingung memilih jurusan kuliah, menemukan masalah dalam pekerjaan dan bahkan soal percintaan. Prinsip yang saya pegang sampai sekarang adalah "ridho orangtua adalah ridho Allah". Jadi dengerin aja deh apa kata Mamah Papah :) Bersyukur saya tumbuh dalam keluarga yang dekat satu sama lain seperti ini. Tak cuma keluarga inti, tapi juga keluarga besar. Beberapa kali kami menyelenggarakan konvoi ke luar kota rame-rame. Setiap bulan juga rutin arisan keluarga. Seru!

2. Sahabat
Tak cuma bersyukur punya seorang Partner In Crime (baca postingan saya sebelum ini ya), tapi juga sekumpulan sahabat dari jaman SMP, SMA, kuliah yang masih intens berkomunikasi dan bertemu sampai sekarang. Berbagi cerita, tertawa dan bercanda dengan mereka jadi obat penghilang stres paling ampuh. Lebih seru lagi saat perbincangan menjadi kian dalam saat membicarakan masa depan, impian dan cita-cita, pernikahan dan jodoh. weeuw. 

3. Pekerjaan
Sekarang saya bekerja sebagai konsultan di sebuah agensi humas lokal. Sudah hampir menginjak tahun kedua. Sekarang lagi enjoy-enjoynya nih. Lagi semangat ngerjain beragam aktivitas humas klien-klien. Ketemu banyak orang, berinteraksi dengan berbagai karakter orang. Menyenangkan :) Meskipun gajinya belum sampai dua digit. Tapi alhamdulillah, bisa ditabung buat masa depan dan buat jalan-jalan. Hehehe.

4. Kesehatan
Saya termasuk orang yang jarang sakit. Tapi sekalinya sakit bisa parah banget. Thypus-lah, gondongan, cacar air, hormon tidak seimbang dan satu lagi penyakit yang baru-baru ini menyerang saya. Heemmph. Kalau udah kaya gini baru sadar betapa kesehatan itu bernilai sekali. Sakit dan banyak pikiran. Not a very good combination. Eeeerrr. Makanya setiap lagi sehat dan fit, rasanya seneng. Bisa ngerjain banyak hal, kesana kesini, mondar mandir ya seger aja...

5. Musik dan Earphone
Ngga bisa ngebayangin kalau sekarang kita hidup tanpa musik. Dunia pasti senyap. Cuma ada bunyi-bunyian tapi tak berirama. Musik dan earphone jadi teman baik saya saat membutuhkan konsentrasi penuh dalam mengerjakan kerjaan. Musik dan earphone jadi pendamping setia saat saya naik kendaraan umum untuk bepergian kemana-mana. Musik dan earphone jadi sahabat sejati saat ingin menggila sendirian, mengusir galau. 

6. Masakan Mamah
Mamah saya memang dari dulu sudah bekerja. Jadi wajarlah kalau Mamah jarang terlihat di dapur untuk memasak. Makanya kalau sekali-sekalinya Mamah masak, waaah bener-bener seneng rasanya. Masakan andalan Mamah itu adalah Tumis Kangkung. Selain itu, Mamah juga jago masak tumis daging sapi dan tumis daging ayam. Pokoknya kalau di rumah Mamah lagi masak, porsi makan jadi dua kali lipat, langsung nambah nasi. Rasanya sedeeep bener :)) Unyunya, waktu Lebaran tahun lalu, berhubung si asisten rumah tangga udah ngga kerja lagi di rumah saya, Mamah dan Papah kemudian berkolaborasi memasak hidangan Lebaran. Hasilnya okelah ya :D


7. Salmon dan Sushi
Nah ini dia makanan pelipur lara saya. Istilah kerennya Comfort Food. Jikalau saya sedang galau. Sebaiknya segeralah menyantap Salmon dan Sushi. Niscaya hilang galaunya seketika. Eh ini bukan saya yang mengada-ada lho. Tapi memang Salmon mengandung Omega 3 yang berfungsi untuk menjaga mood tetap positif. Jadi pas kan untuk mengobati galau? :p Bersyukur banget dikenalin makanan ini sama @dinadya beberapa tahun yang lalu, ingetnya waktu itu makan di Sushi Tei Senayan City. Dan langsung jatuh cinta seketika sama Salmon gendut :) Terimakasih Dinad..

8. Mantan Pacar
Saya menemukan postingan bagus disini (sila di-klik kata disini-nya). Katanya ada orang-orang yang hadir dalam hidup kita sebagai sebuah alasan, menetap sementara atau menetap selamanya. Nah menurut saya mantan-mantan pacar ini bisa jadi sebuah alasan atau menetap sementara dalam hidup kita. Mantan pacar ini dulunya pernah jadi bagian yang cukup dekat dalam hidup kita kan? Ketika kita berhubungan dengan si mantan pacar ini, tentu ada nilai-nilai kehidupan kita dan dia yang saling bertukar. Sama halnya ketika kita bertengkar saat berpacaran, banyak nilai-nilai diri yang saling bertukar. Maka bagi para survivor, bertengkar itu justru malah makin mendekatkan hubungan satu dan lainnya. Dari permasalahan itu, kita belajar. Belajar hal baru, belajar mengevaluasi diri, belajar belajar memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik di kedepannya. Benar kan mantan pacar jadi sebuah alasan? Alasan untuk kita berubah dan memantaskan diri untuk bertemu jodoh terbaik nantinya. Meskipun putusnya tidak baik-baik tetapi tetap ada suatu pembelajaran yang dapat kita ambil.

9. Hal-hal kecil
Bahagia itu sederhana. Dan saya bersyukur dengan adanya hal-hal kecil yang bikin senyum-senyum tiap harinya. Sesederhana saat mendengar cerita seorang teman yang membicarakan masa depan dengan pacarnya. Sesederhana saat menemukan coklat Snickers dalam lekukan kalender meja kantor atau tempat tidur. Sesederhana saat melihat anak kecil yang lucu di foto bbm seorang teman. Sesederhana saat menemukan uang saat merogoh kantong celana. Sesederhana saat mendapat ucapan selamat pagi di bbm dari seseorang yang spesial, dan lain sebagainya. Little things that matter. Little things that makes the world worth to live :)

10. Kesempatan untuk Hidup
Dua puluh enam setengah tahun lalu lahir dari rahim Mamah, kemudian menghirup udara, bernapas, dan hidup dalam era kemerdekaan yang bebas perang. Mengenyam pendidikan, mendapatkan pekerjaan, tinggal di rumah beratap yang kokoh. Betapa beruntungnya kita :)



Sekecil apapun itu, pasti selalu ada hal yang bisa kita syukuri setiap hari.

#ngeblogramerame

Sunday, May 20, 2012

Partner In Crime

Dear Diary..

Sekarang saya mau cerita soal Partner In Crime saya. Priscilla Julia Leony Picauly. Itu nama panjangnya. Panggilannya: Lia. Gadis manis keturunan Ambon ini telah mengenal saya selama kurang lebih 12 tahun. Udah melewati berbagai model rambut masing-masing deh ya. Silakan aja liat foto-foto kami di bawah ini. 



Awalnya, kami sekelas di sebuah SMA di Jakarta Selatan. Saya duduk di bangku kedua dari depan di pinggir jendela. Sedangkan Lia, duduk di bangku ketiga. Selama tiga tahun masa SMA, kami tak terpisahkan. Setiap hari pulang bareng dengan naik bis Koantas Bima 102. Sesampainya di rumah biasanya saling telpon-telponan. Padahal udah seharian ketemu di sekolah. Ada-ada aja ceritanya. Kebanyakan sih ngomongin gebetan :p Kebiasaan setiap hari Jumat pulang sekolah, kami bersama sahabat yang lain mengunjungi Blok M Plaza untuk main internet! Iya MIRC. Doohh.

Lia beragama Kristen Protestan. Alhamdulillah selama ini perbedaan tersebut tidak pernah menjadi ganjalan dari hubungan persahabatan kami. Toleransi beragama selalu kami jaga. Kamipun dekat dengan keluarga masing-masing. Beberapa kali Lia menginap di rumah saya dan begitupun sebaliknya. Meskipun mamahnya Lia punya aturan yang cukup strict soal nginep-nginepan ini. Kalau mau nginep, Lia mesti ngomong minimal dua minggu sebelum hari H biar diijinin. Tapi selama dua minggu itu, we're crossing our fingers. Takut tiba-tiba mood mamahnya Lia berubah dan ngga ngijinin Lia nginep. Hahahha.



Gadis Leo sejati ini menurut saya adalah seseorang yang bahkan lebih mengenal diri saya dibandingkan saya mengenal diri saya sendiri. Lia orangnya pemberani banget (naik angkot malam-malam ngga jadi halangan buat dia), tegas, udah tau banget maunya apa, ngga segan-segan meng-komplain seseorang kalau dirasa kelakuan orang tersebut udah kelewat batas mengganggunya. Tak terkecuali saya. Sering banget saya dikomplain karena terlalu kepo, terlalu childish atau terlalu labil. Walaupun konteksnya menegur, saya selalu mendengarkan kata-katanya. Udah kaya emak-emak ngomelin anaknya. Jadi, saya panggil dia Mamih Lia deh.

Teguran itu saya anggap sebagai sesuatu yang memang harus diubah dalam diri saya. Ia pun menegur tidak dengan menggurui. Jadi ya selama ini fine-fine aja. Terkadang Lia suka keluar galaknya, apalagi kalau dia melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan prinsipnya. Nah kalau kaya gitu, gantian saya yang negur dia untuk tidak terlalu cepat menilai seseorang, karena pasti ada alasan di balik orang tersebut melakukan hal itu.   Berantem sih hal biasa ya. Tapi hebatnya kami tak pernah berantem lebih dari sehari. Entah karena kami yang sama-sama ngangenin *eeehh atau memang sudah segitu kenal dengan pribadi masing-masing. Jadi abis berantem, tau-tau udah ngobrol lagi aja.

Kesamaan kami: Suka jalan-jalan. Jadi, paling asik kalau ngomongin destinasi-destinasi wisata sama Lia. Apalagi sekarang Lia bekerja sebagai reporter di sebuah majalah wisata. Kalau dia lagi bertugas meliput suatu daerah, tinggal saya deh yang gigit jari karena iri. Kalau lagi jalan-jalan, gayanya Lia ini cenderung cuek, layaknya turis-turis bule, Lia ngga peduli tampil gembel. Anaknya ngga ribet, beda banget sebenernya sama saya yang apa aja dipikirin termasuk mau pake baju apa tiap harinya. Lia juga lebih menyukai destinasi wisata alam atau budaya. She's truly a museum lady! Segala macem museum deh dia doyan. Kalau lagi jalan-jalan kemana pasti dia menyisipkan jalan-jalan ke museum di daerah tersebut ke dalam itinerary-nya. Sedangkan saya lebih menyukai destinasi wisata yang sifatnya lebih modern, walaupun doyan ke museum juga sih, tapi tarafnya masih kalah sama Lia. Kami bahkan pernah kencan mengunjungi Museum Nasional dan duduk-duduk di taman Monas. Seru!







Lia jadi orang yang pertama tau hal-hal yang terjadi dalam hidup saya. Nyaman banget menceritakan hal-hal itu sama dia, dia bisa jadi pendengar yang baik sekaligus memberikan tanggapan dari sudut yang berbeda. Waktu itu, Lia jadi orang yang pertama saya hubungi ketika saya putus dengan pacar saya. Ketika saya mendapat pekerjaan baru pun, dia jadi orang yang tau pertama kali. Pernah suatu hari saya menceritakan suatu hal yang sangat pribadi. And she's got mad. Bener-bener marah dia. Dia berpikir bahwa saya sudah bertindak kelewat batas. Bukan seperti saya yang dia kenal selama 12 tahun ini. Well, sekarang saya mengerti, that is her way to showing that she cares about me

Serunya, waktu kami ke Bali dua tahun yang lalu bareng sahabat kami yang satu lagi, Eka. Saat itu saya dan Lia yang sibuk utak-atik itinerary. Mikirin mau kemana aja. Ketika kami ke Bali itu bertepatan dengan peringatan hari tembakau sedunia. Dan kami merayakannya dengan merokok di pantai kuta maghrib-maghrib.






Sekarang saya lagi pengen banget ngeliat Lia jatuh cinta lagi sama seseorang. Dia bisa jadi orang yang bener-bener beda lho ketika jatuh cinta. Jadi lebih ceria banyak senyum-senyum. Dan kalau kata Dhincit, Lia bisa jadi kurus pas lagi jatuh cinta. :D Iya, saya sama Dhincit sama-sama menulis tentang orang yang sama nih. Bedanya saya kenal Lia dari SMA, sedangkan Dhincit saat kuliah. Udah lama banget ngga denger cerita Lia gebet cowok. Terakhir tahun lalu saat ia liputan ke Padang. Uhuukk.. Waktu itu saya seneeeeng banget dengernya. Baru-baru ini, Lia me-whatsapp saya. Dia nulis "Hey, Asep! Aku lagi jatuh cinta nih" Dan seketika saya langsung menelponnya. Soalnya bener-bener seneng banget dengernya. Karena penasaran langsung saya telpon aja. Eh ternyata itu cuma boong-boongan. Biar saya cepat merespon whatsappnya. Doohh..

Dari dulu Lia selalu bilang ingin menikah di usia 30 tahun dan dia konsisten dengan kata-katanya itu. Ngga pernah-pernahnya sekarang-sekarang ini saya mendengar keluhannya pengen nikah. Yang ada, dia sedih karena takut ngga punya temen karena temen-temennya udah pada nikah semua. Suatu hal yang juga saya rasakan sekarang. Well, you still have me, your single bestfriend, Lia :)

 Sekarang cerita-cerita dalam hidupnya Lia didominasi dengan cerita kerjaan dan keluarga. Menurut saya, she's on the right path to reach her dreams. Dengan sifat pantang menyerahnya dan selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam pekerjaannya, saya yakin sesaat lagi dia pasti bisa meraih semua mimpinya :) Tak sabar rasanya menantikan hari Selasa. Saat saya dan Lia berpetualang berdua ke dua negeri tetangga. We call it our honeymoon trip. Akankah ada cerita menarik lainnya? Heem.. Tunggu cerita seru kami ya!







#ngeblogramerame

Sunday, May 6, 2012

balada pedestrian dan transportasi umum

Disclaimer: Postingan ini adalah blabber-ish saya semata, tak perlu dibaca jika tidak mau. Tapi kalau udah baca dan punya pendapat berbeda. Feel free to comment :)

Seperti yang udah saya tulis di postingan sebelumnya, saya memang suka banget jalan kaki dan menikmati 'petualangan' ketika menaiki transportasi umum. Menurut saya, jalan kaki, apalagi dengan cepat adalah kegiatan menyenangkan hati yang paling murah dan menyenangkan :) Sambil mendengarkan musik favorit, mengenakan sepatu dan pakaian yang nyaman, lalu biarkan pandangan mata berputar kiri kanan, mengamati sekeliling, menikmati pemandangan sekitar. Kamu ngga akan pernah menyangka bisa ngeliat apa aja. Seperti kemarin malam, saat saya dari Kyai Maja menuju GBK Senayan berjalan kaki, melintasi daerah Pakubuwono, Pati Unus, depan Plaza Senayan dan Senayan City. Saya melihat tak hanya kemacetan di jalan raya, tapi juga gelandangan yang tidur di bawah pohon, kuli-kuli pekerja bangunan yang leyeh-leyeh sambil bercengkrama dan merokok di depan warung rokok. Belum lagi deretan gerobak penjaja makanan dengan beragam aroma lezat masakannya yang mengundang pejalan kaki untuk mampir mendominasi trotoar. Halte dipenuhi karyawan bermasker yang menanti kendaraan umum untuk membawa mereka pulang ke rumah. Kalau di depan Plaza Senayan dan Senayan City, diramaikan dengan deretan motor dengan yang punya duduk diatasnya, parkir di trotoar, mereka adalah orang-orang yang menjemput pacar atau istrinya pulang dari kantor. Pemandangan yang begitu hidup. Denyut kehidupan kota yang sibuk. 

Kadang jalan kaki bisa sambil berkhayal juga. Tapi ati-ati kesandung. Tau sendiri pedestrian di Jakarta banyak yang rusak, ditumbuhi alang-alang bahkan ketika malam gelap tak berlampu. Tak ketinggalan banyak sampah dan genangan air ketika sehabis hujan. Belum kalau macet saat jam pergi atau pulang kantor. Pejalan kaki suka rebutan sama pengendara motor di trotoar. Padahal jelas-jelas trotoar adalah haknya pejalan kaki. *misuh-misuh* 

Tahun lalu saya berkesempatan mengunjungi negara tetangga Singapura dan Bangkok. Kalau dibandingin pedestrian Jakarta sama Singapura sih ya jauh bener lah ya. Di Singapura pedestriannya semua bersih semua rapi. Menyenangkan sekalilah pokoknya jalan disana. Ada beberapa tukang jualan es krim di pedestrian Orchard Road tapi memang mereka menjaga banget kebersihan sekitarnya. Bahkan Bangkok yang bisa dibilang kondisi kotanya sangat mirip dengan Jakarta, hadir dengan pedestrian yang lebih manusiawi. Di beberapa area, pedestrian memang diisi dengan tukang jualan namun ruang untuk pejalan kaki, masih cukup luas. Pemandangan sekitar pedestarian memang tak 'sehidup' di Jakarta, tapi dari segi kenyamanan untuk pejalan kaki, Singapura dan Bangkok patut diacungi jempol! 

Lalu, kenapa saya menikmati momen-momen saat menaiki transportasi umum? Lagi-lagi, saya bilang bahwa kamu ngga akan pernah menyangka bisa ngeliat apa aja. Dari kejadian yang lucu, bikin terharu, miris bahkan sampai menyenangkan. Meskipun memiliki mobil, dari dulu orang tua saya memang mengajarkan anak-anaknya untuk tidak anti dengan transportasi umum. Alasannya waktu itu, biar bisa survive dan ngga ketergantungan kalau ngga ada mobil. Ada untungnya juga saya sampai sekarang belum bisa menyetir, jadi mau ngga mau mengandalkan transportasi umum kemana-mana.  

Dari naik metromini dan kopaja, patas ac, angkot kecil, angkot sedang, becak, bajay, taksi, KRL ekspres, KRL ekonomi semua ada ceritanya. Beberapa cerita misalnya: saya menyaksikan sebuah keluarga yang hidup dari menyetir MetroMini. Sang ayah menjadi supir, sang Ibu menjadi keneknya dan anaknya ikut menyemangati ayahnya menyetir MetroMini, duduk di bangku paling depan. Di Kopaja pernah saya melihat seorang eksibisionis yang memamerkan dan memainkan kemaluannya :s. Ada juga seorang anak yang terlihat sangat excited jalan-jalan dengan ortunya di hari Minggu dengan angkot. Sebuah pemandangan yang bikin trenyuh, dengan hal sesimpel itu si anak bisa seneng banget. Kontras bila dibandingkan dengan anak-anak konsumtif yang berjalan-jalan di mall dengan sepatu beroda dan menenteng ipad terbaru. Tapi, di angkot pula pernah juga saya melihat usaha pencurian handphone melalui teknik hipnotis. Mengharukan melihat kakak dan adik berumur sekitar 10 dan 4 tahun mengamen dengan semangat di bus kota. Tapi, ngga rela saat dipaksa mengeluarkan 500 perak untuk pengamen remaja pria bergaya seperti anak punk sedang mabok dan teler.

Jakarta itu punya pasar dadakan lho. Coba tengok saja KRL ekonomi saat pagi hari. Betapa beragam jualannya. Dari buah-buahan, sayur mayur, aksesori rambut sampai hewan ternak. Bagaimana melihat orang-orang rela tidur di selasar kereta bisnis Jakarta-Semarang demi bertemu keluarga di akhir pekan. Rela berdesak-desakan di KRL Ekonomi AC Gondangdia - Depok agar cepat sampai di rumah. Tapi juga merasa nyaman saat naik KRL AC Sudirman-Serpong dengan para pekerja yang sibuk memainkan gadgetnya. Para penumpang TransJakarta yang membludak karena kurang memadainya armada, pelecehan seksual di dalam TransJakarta dan lain sebagainya. Kejadian yang cukup mengganggu saya alami sewaktu saya jalan-jalan sendirian Sabtu dua minggu yang lalu. Entah mengapa hari itu saat berada di TransJakarta dan angkot saya merasakan pandangan beberapa penumpang pria tertuju pada saya. Risih. Dipikir-pikir saya ngga memakai baju atau riasan yang seksi atau aneh. Hanya kaos, celana selutut dan sepatu. Masih wajar toh? Pandangan mata saya pun kemudian berkeliling dan menemukan seorang perempuan manis berkulit putih bening dan berjilbab. Dan ya! Ia pun diliatin oleh pria-pria itu. Dan perempuan tersebut juga tampak tidak nyaman dengan tatapan para pria itu. Ok, apakah ini sudah termasuk pelecehan? Lalu, apa yang bisa kami lakukan? 

Betapa irinya saya melihat transportasi umum di Singapura dan Bangkok. MRT dan BTS-nya juara dalam kebersihan dan ketepatan waktu. Nyaman. Dan, asyiknya lagi memang mental orang sana yang cuek-cuek ya, jadi ngga ada tuh hal-hal yaang bikin risih saat naik transportasi umum. Mau pakai baju seaneh dan seseksi apa juga ngga pernah diliatin. Dan itu saya menyaksikannya dengan mata kepala sendiri. Saat naik MRT di Singapura, ada perempuan dengan paha mulus dan putih yang dengan santainya pakai hotpants pendeeek sekali, ngga ada tuh penumpang pria yang gatel ngeliatin pahanya. Yang ada saya jadinya yang ngeliatin. Kalau di Bangkok, waktu itu saya norak foto-fotoan sama temen-teman di dalam BTS. Ngga ada tuh orang-orang yang kepo ngeliatin atau godain. Semua cuek, semua asyik dengan pikirannya, asyik dengan gadget mereka masing-masing. That's what I called: Ignorance is a bliss :)

Aman, nyaman, bersih, tepat waktu, memadai. Kalau saja kondisi transportasi umum di Jakarta yang seperti itu mungkin aja bisa mengurangi tingkat stres orang-orang Jakarta ya. Ngga akan telat lagi karena jadwal kereta yang ngaco. Ngga cape lagi karena desak-desakan di TransJakarta, ngga panas-panasan lagi di MetroMini. 

Saya selalu menikmati jalan kaki, tapi selalu misuh-misuh melihat kondisi pedestrian yang bobrok. Saya selalu menikmati petualangan saat naik transportasi umum (karena bisa melamun, melihat pemandangan yang tak biasa dan bahkan tidur saat macet) tapi selalu miris kalau ngeliat keadaan transportasi umum yang tak terpelihara, supir yang doyan kebut-kebutan sampai membahayakan nyawanya dan penumpang, jumlah penumpang yang tak sebanding dengan ketersediaan transportasi umum, dan banyak lagiii. 

Kalau kaya gini rasanya gatel ya nyuruh gubernur Jakarta dalam sebulan aja, nyobain pulang pergi naik transportasi umum. Biar ngerasain perjuangan rakyatnya mencari sesuap nasi setiap hari.  No wonder jalanan macet sama kendaraan pribadi. Ya, wong transportasi umum dan pedestriannya bobrok, gimana warga Jakarta mau beralih naik transportasi umum. Masih perlu juga membenahi mental orang Jakarta nih. Jiwa vandalismenya, rasa ingin melecehkan dan keponya emang harus dikurangi. Jadi, transportasi umum bisa terpelihara dengan baik, ngga jadi jorok kaya sekarang. Penumpang perempuan pun lebih nyaman naik transportasi umum, karena ngga dilecehkan. Percuma mau bikin MRT segala macem, kalau ngga dipelihara dengan baik sih ya sama aja bakalan bobrok juga. Kalau saya terpilih jadi gubernur Jakarta, yang pertama saya lakukan adalah merevitalisasi transportasi umum yang ada sekarang. Dibagusin lagi, dibikin nyaman lagi, abis itu baru deh gembar-gembor kampanye "Tinggalkan kendaraan pribadi Anda. Mari beralih ke transportasi umum yang lebih efisien". Jangan lupa masukan juga subjudul "Pelihara dan jagalah fasilitas publik". Maksimalkan yang ada, perbaiki yang ada, baru investasi buat bangun moda transportasi yang baru, seperti MRT misalnya. Kenapa jadi melenceng ke gubernur segala lagi nih :s

Ngarep banget kalau kota tercinta Jakarta ini punya pedestrian dan transportasi umum sekece Singapura dan Bangkok. Abis itu muncul pertanyaan, akankah lagi kita melihat berbagai 'cerita' jika pedestrian dan transportasi umum Jakarta menjadi se-modern itu? Memang apa yang ada disini belum tentu ada disana, apa yang ada disana belum tentu ada disini. Intinya, dibalik semua misuh-misuh saya, saya tetap cinta Jakarta. Surprising city, banyak hal-hal yang ngga bisa ditemukan di kota atau negara lain ada disini. Tapi akan menyenangkan bila sekali-sekali jalan-jalan di kota lain dengan pedestrian dan transportasi umum yang kece, menikmati private space di tengah-tengah public space jauh dari pelecehan. Refreshing mind :)

Saturday, May 5, 2012

berkeliling jakarta di suatu hari sabtu

Hari sabtu dua minggu yang lalu secara impulsif saya memutuskan untuk berkeliling Jakarta. Sebenarnya karena memang ada keperluan dan secara kebetulan lokasi destinasi yang ingin saya tuju berada di Jakarta Pusat, Jakarta Selatan dan Jakarta Barat. Berhubung saya tidak mampu menyetir mobil, alhasil TransJakarta dan angkutan umum dari bis dan angkot kecil menjadi andalan saya hari itu. Saya selalu menikmati jalan-jalan sendirian. Apalagi kalau banyak jalan kakinya. Pasang musik favorit, pakai sepatu yang nyaman dan jadilah me-time saya. Hemm, kalau ditemenin jalan-jalannya sama pacar gimana? Ooh it would be so fun too, off course :) Beda rasanya, ada yang diajak ngobrol tapi sama menyenangkannya.


Anyway, Sabtu siang itu, perjalanan saya diawali dengan naik angkot putih D09 dari depan 7-11 Bintaro Sektor 5 menuju halte TransBintaro, feeder busway dari Bintaro ke Ratu Plaza dengan rute tol JORR-Pondok Indah-Pakubuwono-Ratu Plaza. TransBintaro ini jadi andalan saya banget kalau mau keluar dari 'peradaban' Dengan tarif Rp11.000 sekali jalan, udah bisa duduk nyaman, menikmati ac dan bus yang bersih, aman kalau mau mengoperasikan gadget dan langsung sampai ke tengah kota. Kebetulan hampir semua penumpang TransBintaro kalau ngga tidur di perjalanan ya memainkan gadgetnya. Kalau jam-jam sibuk pergi dan pulang kantor, jadwal keberangkatan TransBintaro menjadi 30 menit sekali. Kalau di akhir pekan, keberangkatan berselang sejam sekali. Meskipun agak mahal kalau dibandingin sama naik angkutan umum menuju tengah kota, naik TransBintaro ini efisiensi tenaga dan waktu. Seketika langsung jadi moda transportasi favorit saya.

Tepat pukul 13.00, TransBintaro yang saya naiki berangkat menuju Ratu Plaza. Sampai kira-kira 45 menit karena jalanan yang tidak macet. Saya pun lanjut naik TransJakarta menuju destinasi pertama Eatology di daerah Sabang. Tujuan saya kesini adalah mengambil payung yang ketinggalan saat acara klien saya beberapa waktu yang lalu. Hujan turun cukup deras saat saya di TransJakarta. Berhubung payungnya baru mau diambil, keujanan deh pas turun di halte Bank Indonesia, kena tampias. Sempat nunggu sebentar di halte sampai hujannya redaan. Baru lanjut jalan kaki ke Eatology. Lokasinya memang tidak jauh dari halte Bank Indonesia. Miris ya liat pedestrian di Jakarta. Kondisinya sungguh-sungguh memprihatinkan. Bolong disana-sini. Kadang malah ketutup sama akar pohon dan tanaman. Oh well..




Sampai Eatology, langsung minta payung saya di kasir. Nah, kebetulan saya penasaran mau nyoba makanannya (waktu event cuma kebagian nyoba snacknya aja) dan pas banget saya juga emang belum makan siang dari rumah. Jadilah saya duduk dan buka buku menu. Dang! Mahal juga neeiik harga main coursenya. Sekitar Rp50.000an keatas. Ya berhubung udah duduk, agak tengsin kalau langsung pergi. Akhirnya pesan Caesar Salad dan Caramel Latte. Dari segi rasa ya lumayan juga. Porsi Caesar Salad-nya pun cukup mengenyangkan, pas lah untuk saya yang lagi mau mengurangi bobot tubuh :p Eatology adalah cafe yang nyaman untuk berkumpul bersama sahabat. Berlokasi di Jl. Sabang No.22. Lokasi yang cukup strategis di tengah kota. Ruangannya terbagi dua: Smoking dan Non-Smoking. Untuk Non-Smoking letaknya di bagian belakang, sedangkan saya menyukai ruangan Smoking-nya yang terletak di bagian depan, dengan desain minimalis modern yang dipadu suasana semi outdoor, membiarkan cahaya matahari masuk dengan leluasa.



Selesai dari Eatology. Saya jalan kaki lagi menyusuri pedestrian yang bobrok menuju halte Bank Indonesia, naik TransJakarta sampai halte Karet. Lanjut naik angkot 44 menuju ITC Kuningan. Nah disini akibat pembangunan jalan layang, lebih bobrok lagi pedestriannya, ditambah abis ujan, beceklah dimana-mana. Cihuy. Tujuan saya ke ITC Kuningan adalah mengunjungi toko handphone milik teman saya, Corner Cell. Untuk beli baterai, earphone dan charger Blackberry baru. Iya, punya saya rusak semuanya, barengan. Terus kenapa ngga beli Blackberry baru aja? Duitnya belum kekumpul. Hehehe. Sinyal di ITC Kuningan cukup buruk ya, menghambat komunikasi dengan orang lain deh..

Dari ITC Kuningan, perjuangan saya belum berakhir. Kembali saya menaiki angkot 44 turun di depan Sampoerna Strategic Square sebelum flyover menuju Karet, menyeberang jalan dan kembali menuju halte TransJakarta Karet. Dari situ niatnya naik TransJakarta menuju Harmoni, transit, dan ambil TransJakarta ke arah Lebak Bulus. Destinasi ketiga saya adalah pusat perbelanjaan Bellezza di Permata Hijau. Had a date with the dentist!

Perjalanan dari Karet ke Harmoni sih lancar. Begitu sampai Harmoni, antrian transit TransJakarta koridor Lebak Bulus, Kalideres, dan Pulogadung padat semua. Betapa 'beruntungnya' ternyata TransJakarta koridor Lebak Bulus pun jarang, jadi begitu ada, penuhnya naujubilah. Wuih ya dianggap aja jadi bagian dari olah tubuh mengencangkan betis karena empet-empetan tak ada pegangan, dan kaki mesti menahan bobot tubuh akibat TransJakarta yang ngebut, belum lagi aroma kurang sedap dari para penumpang yang juga terhirup. Maknyuslah. Sampai Bellezza cukup 1.5 jam saja. Pegal luar biasaaaa.. Untungnya tak perlu menunggu antrian dokter gigi lama-lama saya langsung ditangani. Membersihkan karang dan menambal gigi. Voila! Gigi saya pun kesat bersih dan sehat kembali. Perjalanan pulang kembali menaiki TransJakarta koridor Harmoni - Lebak Bulus sampai halte Kodam. dari situ lanjut Metromini 74 sampai Organon, angkot S08 sampai lampu merah Bintaro Plaza dan lanjut angkot D09 sampai rumah. Ahhh.. home sweet home..lelah tapi menyenangkan. Sebenernya ada banyak cerita soal transportasi umum yang saya naiki hari itu. Tapi saya tuliskan di post yang berbeda aja deh, biar lebih fokus.

PS: Saya terlalu menikmati jalan-jalan saya sampai ngga sempat mengambil gambar-gambar pendukung. Semua gambar saya ambil dari Google dan Getty Images

Friday, May 4, 2012

Kenangan Masa Sekolah

Selama masa sekolah saya tergolong anak yang biasa-biasa aja. Disaat anak-anak lain malas belajar atau mulai nakal, saya ngga pernah kepikiran. Jadinya ya lempeng belajar sama seru-seruan temenan aja, makanya kenangannya ya gitu-gitu aja. Hehehe. Walaupun ngga pernah mengalami pengalaman masa sekolah yang serunya kelewatan, tapi saya ngga pernah nyesel, hidup saya tetap berwarna, tetap penuh dengan tawa. Semuanya menyenangkan. Oiya, karena saya anaknya sedikit bermasalah sama sanitasi. Selama saya bersekolah dari TK-SMA, sangat jarang menemukan saya di kamar mandi untuk buang air kecil atau buang air besar. Ke kamar mandi ya cuma untuk ganti baju olahraga aja :p

Taman Kanak-kanak
Seperti anak-anak TK pada umumnya, waktu itu saya suka banget kalau disuruh nari. Pengalaman nari paling seru pas ikut di acara pembukannya Pondok Pinang Center. Ceritanya disitu saya nari pakai pom-pom layaknya cheerleader. Dengan lipstik merah, kaos, celana pink fuschia dan bandana putih, saya nari dengan semangatnya. Saking semangatnya malah bikin pom-pom saya jatuh berkali-kali. Grogi kali ya dapat posisi nari paling depan :D 

Waktu TK saya paling suka hari Rabu dan Sabtu. Kenapa? Karena hari Rabu adalah harinya berenang. Di sekolah saya memang ada kolam renangnya. Jadi tiap Rabu, saya dan teman-teman seru berkecipak-kecipuk di kolam, sambil diajari dasar-dasar berenang sama guru olahraga. Menanti-nantikan hari Sabtu minggu ke-2 dan ke-4 karena hari itu secara bergantian orangtua murid harus bawa makanan hasil masakan sendiri untuk dimakan sama-sama anak sekelas di jam makan siang. Kalau Mamah saya dapat giliran bawa makanan, dia pasti bawain Mie Goreng. Pagi-pagi buta sebelum ke sekolah, saya ikut bantuin Mamah masak. Tambah seneng lagi kalau masakan Mamah dibilang enak sama teman-teman sekelas.

Sekolah Dasar
Pengalaman paling ngga bisa dilupain adalah ketika saya lupa pakai miniset saat senam SKJ di suatu hari Kamis. Waktu itu sih memang bagian tubuh saya yang itu belum terlalu berbentuk gimana ya. Tapi tetep aja, alhasil seharian saya ngga pakai underwear deh. Untungnya abis itu ganti baju seragam batik sekolah, jadi ngga kentara-kentara amat :D

Yang lagi happening pas saya SD adalah pusat perbelanjaan Pondok Indah Mall (kebetulan SD saya deket banget sama PIM) dan Sunset. Sunset itu adalah sebuah lokasi di tengah-tengah area perumahan Pondok Indah tempat main RollerBlade. Iya, dulu saya kalau malam minggu nongkrong di Sunset sambil main roller blade, roller bladenya minjem pula, yang penting eksis :)). 

Ada cerita dengan Pondok Indah Mall. Suatu hari lagi ada class-meeting di sekolah. Tau kan class meeting? Biasanya diadakan menjelang kenaikan kelas, kalau udah ngga ada lagi bahan pelajaran, jadi sekolah seharian diisi dengan kompetisi olahraga. Berhubung cewek-cewek sekelas saya malas ikut olahraga akhirnya ber-13 meluncurlah kami ke Pondok Indah Mall. Dengan menaiki mobil sedan, kami sempit-sempitan dan pangku-pangkuan. Waktu itu masih ada aturan "Pelajar Berseragam Sekolah Dilarang Masuk Mall Sebelum Jam 13.00 WIB". Alhasil kucing-kucingan deh sama sekuriti, masuk mall satu-satu, terus langsung ke Fuji Image Plaza buat photobox. Ternyata ketauan sama sekuritinya kalau kita keliling-keliling di mall. Mengurungkan niat untuk muter-muter mall dan balik lagi ke Fuji, ngumpet di bilik photobox sampai jam satu siang.

Sekolah Menengah Pertama
Nah, di SMP saya punya sahabat namanya Zenny, teman sebangku saya. Karena rumah kami sama-sama di Bintaro jadilah tiap pulang sekolah saya nebeng pulang sama Zenny. Dulu kami pernah punya buku curhat. Tiap minggu ganti-gantian nulis atau gambar-gambarin buku curhat itu. Padahal tiap hari ketemu, ngapain juga coba nulis buku curhat mending ketemu langsung ngga sih? Hehehe. 

Di SMP juga saya mulai kenal dengan cinta monyet. Jadian yang pertama pas lagi karyawisata ke Dieng dan Wonosobo. Ceritanya saya lagi di kamar, nonton tv sama cewek-cewek terus ada yang nelepon di kamar. Eh ternyata gebetan saya. Ngobrol ngobrol terus ditembak, jadian deh, ngga bertahan lama cuma tiga bulan aja. Tapi manis :)

Sekolah Menengah Umum
TK-SMP saya bersekolah di sekolah swasta. Saat mau masuk SMA, saya bertekad harus masuk sekolah negeri. Mamah sih ngga setuju, takut anaknya kena pengaruh hal-hal negatif. Hadeuh, padahal anaknya emang lempeng. Untungnya Papah mendukung. Katanya, biar ngga manja. Jadilah saya masuk ke SMA negeri di Jl. Pattimura Raya. Cukup culture shock juga saya. Terbiasa dengan jadwal kelas di sekolah swasta yang teratur, di sekolah negeri, guru-gurunya beberapa kali ngga masuk dan yaudah jam kosong aja gitu. Akhirnya nongkrong di kantin. Belum sanitasi toiletnya yang cukup parah. Hemm.. Kalau dari TK-SMP saya anak jemputan dan nebeng temen, pas SMA mau ngga mau harus mandiri. Pulang naik angkutan umum. Kebetulan sekolahnya cukup jauh juga sama rumah. Kurang lebih 3x ganti-ganti angkot deh. Akrab banget sama terminal Lebak Bulus. Sempat jatuh pas turun dari bis, handphone kecopetan pun pernah.

Di SMA yang seru yaa naksir-naksirannya lah ya. Dulu saking banyaknya gebetan saya, sampai bisa dijadiin satu tim sepakbola :D  Kebetulan semuanya bisa main bola dan menempati posisi yang berbeda-beda. Eh gebetan ini beneran cuma naksir-naksiran, lucu-lucuan aja, ngga ada yang diseriusin pdkt sampai jalan bareng gimana gitu. SMA saya ngga pernah pacaran, emang ngga pengen aja. Udah seru temenan aja kayanya. Untungnya punya gebetan banyak adalah saya jadi semangat setiap ke sekolah. Kalau satu gebetan ngga masuk, masih ada gebetan yang lain. Paling seru pas duduk di kelas 3, kebetulan saya anak IPS yang kelasnya berada tepat persis di depan lapangan basket, jadi kalau Sabtu pagi, seneng banget tuh nongkrong depan tiang bendera di lapangan sambil makan bubur ayam dan nontonin yang pada main bola :D

Balik dulu sebentar saat saya duduk di kelas 2 SMA, mulai bimbang mau masuk IPA atau IPS. Kebetulan di sekolah saya ngga ada kelas Bahasa. Ortu keukeuh pengen saya masuk IPA, saya keukeuh pengen masuk IPS menyadari kemampuan saya yang lebih canggih dalam menghapal dan bukan itung-itungan. Dan setelah berbeloknya cita-cita saya dari menjadi dokter saat SD menjadi kerja di majalah saat SMP. Kerja di majalah tak butuh itung-itungan toh? Matematika dasar aja udah cukup. Akhirnya saya masuk IPS, ortu menyangsikan saya, mereka bilang saya menyia-nyiakan kemampuan dengan masuk IPS, padahal yang tau kemampuan saya siapa ya. Tapi akhirnya saya berhasil membuktikan kalau memang IPS lah jalur saya, terbukti dengan berhasil meraih ranking 1 pas bagi rapor dan menjalani cita-cita yang memang saya ingini, kerja di majalah. Dan, memang lebih menyenangkan menjadi anak IPS. Lebih seru :D





Last but not least, di SMA saya ketemu sahabat-sahabat yang sampai sekarang masih lengket kaya perangko. Banyak banget hal-hal menyenangkan dan menyebalkan yang udah kami lewati bersama. Kenal deket juga dengan keluarga masing-masing. Ada Lia, Eka, Rini tiga orang yang paling tau sifat dan karakter saya, tiga orang yang selalu ada kapanpun, tiga orang yang selalu mendukung saya. Suka ketawa sendiri kalau inget pas SMA saya suka berantem sama Eka. Heemm.. Sebenarnya sampai dua tahun lalu juga sempet berantem sih sama Eka, mungkin karena kami sama-sama ngga mau kalah ya. Hihihi. Kalau sama Lia beberapa kali berantem, tapi biasanya ngga sampai seharian udah baikan lagi. Kalau Rini, karena Rininya pendiam banget jadi adem-adem aja tuh. Dan ada juga Dinad, sahabat sebangku dari kelas 2 sampai kelas 3 yang dulu terkenal banget suka bawa cermin gede warna merah di tasnya, sekarang jadi teman kuliner dan partner olahraga paling kece. I heart you, girls...



Begitulah cerita kenangan masa sekolah saya. Sesuai dengan kenangan yang lempeng-lempeng aja. Rapor saya pun alhamdulillah lempeng-lempeng aja. Ngga pernah dapet nilai merah dan ngga pernah keluar dari rangking 10 besar. Lempeng ajaaa pokoknya... ;)

#ngeblogramerame