Friday, November 2, 2012

the joy of cooking

Delapan puluh satu tahun lalu, seorang janda dari St.Louis, Amerika, Irma Rombauer mengosongkan tabungan hidupnya dan menerbitkan sendiri sebuah buku yang menampung passion-nya terhadap masak-memasak. Buku yang terdiri dari kumpulan resep dan teknik memasak ini, ia kerjakan bersama anak perempuannya, Marion. Marion menguji resep ibunya dan membuat ilustrasi dalam buku tersebut, dan mereka mengerjakan proyek buku berjudul The Joy of Cooking ini dari apartemen mereka. Hingga kini buku ini masih menjadi salah satu buku yang paling berpengaruh dalam dunia kuliner global. Terbitan terbarunya dirilis tahun 2006 lalu, yang sekaligus memperingati 75 tahun perayaan penerbitan pertama The Joy of Cooking.


Semangat dan gairah masak memasak Irma Rombauer dan Marion Rombauer sekarang menulari saya. Iya, saya lagi doyan masak dan nyobain resep-resep. Sebenarnya dari SMP udah sering ngumpul-ngumpulin resep masakan dari majalah-majalah. Resep-resep tersebut dengan rajinnya saya jilid dan bundel, sampai udah numpuk di rumah. Tapi mau nyobain resepnya masih angot-angotan. Berhubung baru-baru ini saya meng-handle klien kecap yang kegiatannya berkaitan dengan masak-memasak akhirnya saya terpicu untuk masuk dapur. Yiihaa..

Jadi ceritanya, di konferensi pers klien kecap itu, ada sesi cooking workshop memasak Gulai Kambing Kacang Hijau, dipandu sama Chef Deden Gumilar. Berhubung banyak jurnalis yang segan untuk ikut masak, daripada meja masaknya kosong, saya dan mba Emyr, temen kantor saya, ikutan masak deh. Masakan Indonesia kan terkenal dengan banyaknya bumbu dan rempah ya. Sempet malu juga pas ketauan ngga apal nama dan bentuk rempah-rempahnya. Hahahaha.

Momen dudul lainnya adalah saat ngulek bumbu. Yah namanya juga event kecil-kecilan ya, agak susah juga kalau mesti nyediain blender buat tiap kelompok masak, kecuali ada sponsor yang mau minjemin blender :p Jadilah disediainnya ulekan dari kayu. Yak. Makjleb udah emang susah ngulek pakai ulekan batu, nah ini lagi pakai ulekan kayu. Pegel maaakk... Yang ada akhirnya saya dan mba Emyr paling lama masaknya, yang lain udah ngulek, kami masih bingung ngenalin nama bahan masakannya. Yang lain numis bumbu, kami masih sibuk motong sama ngiris-ngiris. Yang lain udah masukin santan, kami baru numis bumbu. Hahahha. Wajarlah ya, wong lawan kami itu jurnalis-jurnalis media kuliner, yang memang tiap hari berhadapan dengan makanan. Yaudah lah ya..mohon maklum.

Ribet ngulek ngga jadi penghalang untuk pose kece dong

Cemplang-cemplung, tumas-tumis, rebas-rebus, jadi deh tuh Gulai Kambing Kacang Hijau. Rasanya mau sujud syukur saking senengnya. Gileee.. saya bisa masak gulai kambing! Rasanya lumayanlah ya, masih enak kok buat dimakan. Eh, ini Chef-nya lho yang ngomong. Hehehe..

This is it
Gulai Kambing Kacang Hijau with Canai Bread a la Tiany and Emyr :)

Lalu, minggu depannya, saya dan temen-temen juga terlibat dalam produksi video masak hidangan kambing bareng Chef Deden. Mengambil lokasi di restoran hotel tempat kerjanya Chef Deden, selama seharian kami ngeberantakin dapur restoran hotel. Hehehe. Sungguh panas tuh kompornya ternyata. Saya yang memang ngga suka kambing cuma ikutan ngiler ngeliat hasil jadi masakan kambingnya Chef Deden.


Ngeberantakin dapur restoran hotel seharian


Biasanya saya masuk dapur kalau lagi bikin Spaghetti Bolognaise resep andalan dari nenek saya, pas ada acara ulang tahun di rumah atau arisan keluarga. Resepnya boleh dicontek di sini ya. Akhir pekan berikutnya ada acara potluck di rumah temen kampus saya, Choco. Nah, kebetulan saya lagi kangen masak Spaghetti. Jadi, saya bawa Spaghetti andalan saya itu deh ke rumah Choco. Itu pengalaman pertama saya masak sendiri-ri-ri.. Biasanya ada yang bantuin motong bawang, motong jamur, bantuin nyicipin. Nah, waktu itu saya masak pas orang rumah lagi pada pergi semua. Yaudah nyicipinnya berdasarkan feeling aja. Eh, Alhamdulillaaahh..disambut meriah oleh temen-temen kampus saya. Katanya Spaghettinya enak..pada minta resepnya dan pada minta dibikinin lagi... :D

Spaghetti Bolognaise andalan
Sejak saat itu, kayanya kalau akhir pekan ngga kencan sama kompor terasa ada yang kurang deh. Duileeeh, dangdut bener. Kalau pulang ngantor ada waktu dan tiba-tiba mood bikin apa gitu, yaudah langsung bikin aja. Contohnya Ayam Bakar dibawah ini. Sampai rumah, pas lagi lapar, papah juga belum makan, buka freezer ada chicken wings yang belum diolah. Yaudah, ngulek bawang putih, ketumbar, tambahin garam, lada, kaldu bubuk, kecap, mentega, dipanggang di oven. Jadi deh. Terus dimakan sama nasi panas. Nyaamm..

Ayam Bakar hasil eksperimen saya dan papah

Sesi masak abis ngantor pun berlanjut dengan bikin perkedel. Kebetulan masih ada sisa kentang dari syuting video masak. Yaudah dibikinlah perkedel. Tapi rasanya agak-agak keasinan. Hihii...

Perkedel Kentang

Akhir pekan berikutnya, saya beres-beres lemari dapur dan menemukan tepung ayam goreng Kobe dan Pondan Pancake and Crepes Mix. Cuuss, langsung deh masak Ayam Goreng Tepung dan Pancake. Hasilnya oke dong aahh..ayam goreng tepungnya crunchy dan gurih bener. Pancake-nya dimakan pakai Chocolate Chip Ice Cream and Strawberry Jam. Tandas seketika..

Pancake 

Ayam Goreng Tepung

Udah sempet juga nyobain bikin Macaroni Schotel dan Spaghetti Aglio Olio. Macaroni Schotelnya cukup enak, tapi kata beberapa orang yang udah nyobain, rasanya agak manis, instead of asin. Mungkin karena kebanyakan susunya dan kurang kejunya. Well, practice makes perfect ya. Nanti deh kapan bikin lagi. Aglio Olio ternyata gancil bener bikinnya. Gitu doang. Hehehe..kurang menantang buat saya.

Macaroni Schotel
Spaghetti Aglio Olio dengan banyak keju :p

Sekarang bawaannya kalau weekend maunya di rumah aja, nyobain resep. Pengen banget belajar bikin  masakan Indonesia, karena emang lebih susah masaknya dibanding masakan barat, lebih menantang gitu lho..  Lagian malu ah, masa bisa bikin pasta enak tapi ngga bisa bikin semur. Ya ngga? Ngga sabar juga ikutan cooking workshop bareng temen-temen kuliah saya, yang katanya pada mau belajar masak bareng. Udah diomongin, tapi sepertinya masih aja jadi wacana tuh sampai sekarang. Rasanya seneng banget kalau abis masak, dicobain sama orang rumah, dibilang hasilnya enak dan cepet abis makanannya. Udah kaya emak-emak gini ya saya :p

And now, let's have a daydreaming moment, shall we? Someday when I get married, I would love to have a weekend cooking session every month with my hubby. Just like Ted Allen said: "Cooking allows you to have travels, adventures and journeys without going anywhere. The running joke between my partner and me is that I'm not really concerned about how long it takes, or how much I destroy the kitchen, because I just have such a good time doing it." Aheemmm.. mari sama-sama ucapkan ..Amiiieeenn... yang kenceng. 

Thursday, November 1, 2012

lima tahun bersamamu

Kira-kira sejak 1.5 tahun yang lalu, Multiply.com menambah fitur e-commerce dalam situsnya. Jadi, selain menyediakan 'lapak' jejaring sosial untuk blogging, berbagi foto dan musik, pengguna Multiply bisa melakukan jual-beli berbagai macam barang. Ngobrol punya ngobrol, fitur ini ternyata tidak diterima dengan begitu baik oleh para pengguna jejaring sosialnya, saya salah satunya. Jadi ganggu liat barang-barang jualan, apalagi jadi makin banyak iklan berjalannya. Seiring makin berkembangnya e-commerce di Multiply, akhirnya bulan Agustus lalu, Multiply secara resmi mengumumkan akan menghapus fungsi jejaring sosial (blogging, berbagi foto dan musik) selamanya dari situsnya, untuk lebih fokus menjadi situs e-commerce per Desember 2012. Ppftt.
Tandanya saya harus segera mencari blog baru untuk menampung tulisan-tulisan semi-private saya. Tulisan semi-private ini maksudnya curhatan yang kalau diceritain ke sahabat saya secara langsung bakalan panjang banget, atau memang kalau lagi ngga sempet ketemuan sama si sahabat, saya bikin tulisan itu, biar dia bisa baca langsung. Hehehe.

Mencari blog dengan fitur seperti Multiply sama susahnya kaya nyari jarum di tumpukan jerami. Ngga ketemu-ketemu sampai sekarang. Karena cuma di Multiply aja saya bisa curhat lewat tulisan dan kemudian bisa di-setting siapa aja yang boleh baca, selama mereka anggota Multiply juga. Berhubung Multiply udah mau tutup, akhirnya terpaksa deh saya bikin blog baru yang isinya benar-benar di-private semua, demi menampung curhatan (baca: postingan semi-private) saya yang terdahulu. Ribet. Ppftt lagi..

Soal tulisan lain di Multiply sih ngga begitu bermasalah, karena beberapa waktu lalu saya udah sempat mindahin semuanya ke blogspot ini, dengan cara copy paste secara manual. Kerajinan bener ya. Abisnya gangu sih liat barang-barang jualan di Multiply (masih sensi). Proses copy paste manual itu kurang lebih selesai dalam tiga bulan. Hehehe.. yang bikin sedih bakalan keilangan banget sama komen dudul temen-temen anggota Multiply di postingan. Cuma di Multiply doang yang bisa komen-komenan sampai panjang, karena ada notifikasinya kalau postingan kita di-komen, begitupun kalau kita bales komen. Ya begitu deh pokoknya.



Tak terasa udah lima tahunan Multiply jadi teman cerita saya yang paling setia. Dari cerita konyol masa kuliah, postingan ngga penting, curhatan galau sampai serunya dunia kerja. Goodbye, Multiply. Terimakasih sudah menemani masa-masa gamang dan galau saya, menemani saya tumbuh sampai sekarang. Bakalan kangen banget cerita galau disitu :')

Perjalanan Penuh Kesan

Perjalanan penuh kesan yang akan saya ceritakan disini ada dua episode. Destinasinya tidak jauh, tidak keluar dari pulau Jawa: Bandung dan Semarang-Jogja. Biaya yang dikeluarkan tidak banyak. Tempat wisata yang didatangi juga tempat wisata yang biasa didatangi para pelancong. Lalu, apa istimewanya?

Sebelum melakukan perjalanan, biasanya yang saya lakukan adalah membuat rencana mau kemana aja saat sampai di daerah tujuan. Berbeda dengan biasanya, dalam dua perjalanan kali ini, saya tidak membuat rencana apa-apa. Ceritanya mau ngikutin kemana kaki melangkah. 

Bandung
Diawali dengan keinginan melepas stres pasca-UAS kuliah semester lima. Banyaknya tugas kuliah ditambah lagi deadline kerjaan yang cukup banyak (saat itu saya masih kerja sambil kuliah) akhirnya membuat saya dan sembilan orang teman sekampus kabur ke Bandung secara impulsif. Awalnya cuma ngomong-ngomong aja "Eh, ke Bandung, yuk" dan ditimpali dengan "Yaudah besok berangkat ya. Kabarin anak-anak lain, kumpul di Citos jam 10". Dan berkumpullah kami di Citos jam 10. Saya waktu itu cuma bawa uang sekitar Rp300.000. Agak-agak khawatir cukup ngga nih ya buat tiga hari dua malam. Tapi terus mikir yaudah kalau kurang uang tinggal minjem dulu sama siapa gitu, gampang deh. Tunggu punya tunggu, akhirnya kami baru berangkat jam 12, tanpa ditemani sinar matahari. Off we go to Bandung with the cloudy weather.

Kelaparan mulai melanda tatkala memasuki tol Cipularang, mendengar rekomendasi getol saya tentang enaknya tahu sumedang di rest area km 88, akhirnya kami memutuskan untuk berhenti beristirahat sambil cari cemilan disitu. Biasa memang kalau saya ke Bandung sama keluarga, pasti mampir beli tahu sumedang di km 88. Jadi, merapatlah kami ke gubuk tempat jualan tahu sumedang tersebut. Saat itu tahunya lagi digoreng. Kebayangnya, enak banget makan tahu sumedang hangat pakai rawit pas mendung-mendung. Dan pesenan tahu pun datang, tanpa babibu lagi langsung dicomot dong. Dan jeng jeng..rasanya tawar aja lho, ngga ada asin-asinnya, ngga ada gurih-gurihnya, dan kosong pula isinya, seperti tahu pong. Muka temen-temen saya waktu itu udah anyep banget deh. Lapar, ekspektasi udah tinggi, taunya blaaarr.. ngga enak tahunya. Hahahaha..

ngga sabar nungguin pesenan tahu sumedang 'legendaris'

Sampai di Bandung, kami langsung menuju penginapan. Berlokasi di sekitaran Jl.Riau yang terkenal dengan pusat belanja dan hingar bingar kemacetan, nyempil wisma R.Soemarto. Penginapan kecil yang bentuknya seperti rumah-rumah kontrakan. Satu kamar tanpa ac dan dengan seprei tempat tidur yang buluk itu ternyata bisa menampung hingga delapan orang. Karena kami bersepuluh, jadi kami memilih kamar yang ada 'connecting door'-nya sama kamar sebelah, yang memuat satu tempat tidur. Pas sepuluh orang tidur nyaman tanpa desak-desakan. Yang bikin tercengang adalah harga kamar per malamnya yang hanya Rp160.000! Bayangkan untuk menginap dua malam perorang hanya mengeluarkan kocek sebesar Rp33.000 saja! *ketawa puas*

kamar wisma supermurah

Di Bandung akhirnya diisi dengan makan di RM Ampera, mengunjungi Kawah Putih, ke Paris Van Java Mall cuma buat makan KFC (ditraktir sama Fajri. Makasih Fajri, tau aja kalau temen-temennya lagi kere), mampir di The Peak cuma buat minum Hot Chocolate-nya aja, sarapan di Yoghurt Cisangkuy dan minum susu sapi hangat tengah malem di Lembang. Alhamdulillah Rp300.000-nya cukup buat semua-muanya, termasuk patungan uang bensin dan beli oleh-oleh dua bungkus pisang molennya Kartika Sari. Liburan singkatnya isinya makan-makan terus ya. Biarin deh kan diselingin sama ketawa ngakak jadi kalorinya kebakar lagi :))
pasukan cumi-cumi

walau cuma minum hot chocolate, tapi yang penting bisa liat kecenya
lampu-lampu kota Bandung dari ketimggian

pose dan foto sepuasnya di kawah putih

Anehnya, selama tiga hari dua malam kami di Bandung itu, jadi sering banget ketemu sama angka delapan. Selain kami berdelapan di mobil (dua orang lagi bawa mobil sendiri), paling seringnya nih ngga sadar tiba-tiba pas makan duduk di meja yang ada angka delapan-nya. Sepulang dari Bandung, kami pun sepakat menamakan geng kami, geng 88TS (TS = Tahu Sumedang). Ngerti kan alasannya kenapa. Btw, saya pernah nulis sedikit cerita soal jalan-jalan Bandung ini di blog ini. Kalau mau baca klik ini aja yaa..

Sekarang geng ini udah makin banyak anggotanya dengan tambahan pasangan hidup dari beberapa personilnya yang sudah menikah. Beberapa kali kami ngumpul-ngumpul dan jalan-jalan ke tempat yang tak biasa, seperti piknik ke pemakaman San Diego Hills atau makan sate kambing di Maranggi, Purwakarta.

Semarang-Jogja
Rencana awal mau ke Karimun Jawa sama pacar saya saat itu dan tiga orang temen-temen kantor yang suka pulang bareng naik kereta Tanah Abang-Serpong. Berhubung beberapa hari sebelum keberangkatan, kami mendengar ada badai di perairan utara Jawa yang menyebabkan banyak orang terjebak ngga bisa balik ke Jepara/Semarang dari Karimun Jawa, akhirnya kami membatalkan keberangkatan kesana. Mubazir dengan tiket kereta Jakarta-Semarang yang udah dibeli, akhirnya kami tetap berangkat ke Semarang, Jumat malam setelah ngantor.

Dengan uang seadanya, kami pun menamakan perjalanan ini adalah perjalanan tim kere. Naik kereta Senja Utama Semarang kelas ekonomi, kami sampai di Semarang menjelang subuh. Di stasiun Tawang udah ada istri mas Ajie, salah satu teman kantor saya, yang menjemput. Kebetulan memang mas Ajie dan istrinya yang waktu itu sedang hamil 6 bulan tinggal di Semarang dan bekerja di Jakarta. Jadi, mas Ajie tiap jumat sore pasti pulang ke Semarang, senin balik ngantor lagi. Sesuatu bener yaa..

Sebelum sampai ke rumah mas Ajie, kami mampir dulu ke daerah Simpang Lima untuk makan nasi ayam khas Semarang yang endeus itu. Murah.. Rp5.000 aja super kenyang :D Kelar sarapan, sampai rumah mas Ajie, kami numpang tidur dulu. Dan lalu secara impulsif berangkat ke Jogja. Di tengah perjalanan ke Jogja, mampir makan pecel di Ambarawa deket Goa Maria, yang lagi-lagi bikin terkaget-kaget saking murahnya, ngga sampai Rp10.000 udah kenyang makan sama minum es dawet ayu. Nyaamm..

muka happy ketemu pecel

Sampai Jogja check-in di penginapan yang lagi-lagi murah meriah Rp100.000 aja semalem dan muat tidur berlima tanpa desak-desakan. Kondisi ya begitu deh, kamar mandinya ya begitu deh. Tapi lumayanlah yaa buat numpang tidur aja. Di Jogja dihabiskan dengan keliling-keliling kota. Sowan ke Kaliurang, tadinya mau masuk museum Ullen Sentalu, namun berhubung tiket masuknya cukup mahal (Rp25.000). Namanya juga tim kere, 25.000 aja diitung. Hahaha. Akhirnya kami numpang foto-foto aja di depan museum, ujung-ujungnya malah melipir ke kawasan Merapi, lanjut makan ayam penyet, angkringan, sampai ngejar liat sunset di Parangtritis, udah ngebut-ngebut jalannya, eh ngga kedapetan gara-gara sempet nyasar.

tetap aksi walau tak mampu bayar retribusi

mengejar sunset sampai parangtritis


sendunya merapi

Kami juga sempet nonton pertandingan Inggris vs Jerman di sebuah cafe. Awalnya muter-muter nyari tempat nonton bola yang biasa-biasa aja. Tapi berhubung pertandingan udah mau mulai, akhirnya menepilah kami di Lumbung Padi Cafe. Untungnya masih dapat meja di depan screen, screen-nya gede banget, cafe-nya kece deh. Udah kebayang bakalan pesen minum doang karena penampakan cafe yang cukup oke. Eh pas liat menunya, murah-murah makanannya ternyata. Steak aja cuma Rp20.000-an yaudah langsung jumawa pesan macem-macem. Bahagiaaaa :D Pulang dari Jogja, balik ke Semarang, sempetin ke Lawang Sewu dan makan tahu gimbal di depan SMA 1. Dan malamnya kami pun balik ke Jakarta naik bus. Selama perjalanan Jakarta-Semarang-Jogja-Semarang-Jakarta banyak banget kejadian seru yang terjadi, banyakan sih nyasar-nyasar, tapi justru malah nemuin tempat-tempat makan baru yang enak-enak.

tim kere nonton bola di cafe kece
lawang sewunya jadi ngga serem kan kalo diliat-liat gini

Kesimpulannya: "Making an itinerary before traveling is important. But sometimes we find unexpected things and thousand of excitement when traveling without plan"

#ngeblogramerame