Friday, March 23, 2012

tentang sebuah pilihan

Malam ini. Saya sedang tidur-tiduran di atas kasur tiup (yang katanya extra bed) di sebuah boutique homestay di Prawirotaman, Jogja. Di luar hujan turun dengan derasnya. Di dalam kamar, sayup-sayup terdengar 'merdunya' sebuah orkestra ngorok. Di tengah kegelapan, mata saya nyalang menghadap langit-langit. Melamun. Pikiran saya mengembara ke sekitar 8 tahun yang lalu.

Dimana saya pernah ada di kota ini. Pulang pergi Jakarta-Jogja-Jakarta beberapa kali selama sebulan. Demi mengurus pendaftaran masuk UGM. Iya, saya lolos ujian masuk UGM jurusan Sastra Indonesia. Begitu sukanya saya sama pelajaran menulis dan bahasa Indonesia serta nilai yang selalu bagus jadi alasan saya memilih jurusan ini. Begitu lolos, karena sudah terdorong euforia tanpa pikir-pikir lagi, saya langsung mengurus ini-itu. Ditemani Papah waktu itu. Semua sudah beres, tinggal mencari kosan saja. Kebetulan saat itu saya masih menunggu hasil tes masuk D3 Broadcast UI. Dan ternyata saya lolos tes masuk Broadcast UI. Saya pun memilih masuk Broadcast. Alasan saya waktu itu. Saya masih belum berani tinggal jauh dari rumah. Keputusan yang sekarang cukup saya sesali. Cupu banget!


Menjalani hidup itu adalah menjalani pilihan demi pilihan. Bukan hidup namanya kalau kita ngga pernah ketemu sama pilihan. Jangan lupa, kalo ada pilihan, ada juga resiko dan konsekuensi. Seru ya! Se-simpel memilih mau makan apa nanti siang. Ada catering kantor, atau minta OB beliin pecel ayam, gado2. Ok, misalnya saya pilih makan catering kantor karena lagi tanggal tua. Ternyata pas dimakan catering kantornya ngga enak. Akhirnya memutuskan untuk beli pecel ayam aja. Konsekuensinya: porsi makan jadi lebih besar dan akhirnya keluar duit juga. Coba kalau dari awal udah milih beli pecel ayam pasti porsi makan lebih dikit, dari segi waktu pun lebih efisien, ngga buang-buang jam makan siang. Heemm.. talk about pilihan dan konsekuensi.

Pilihan se-simpel itu aja ada konsekuensinya. Gimana kalau kita memilih untuk sesuatu yg besar. Yang menyangkut kelangsungan hidup kita nantinya. Yang menyangkut kehidupan orang lain juga. Malam ini, di Jogja. Saya jadi berkhayal, bagaimana ya kalau saya tetap pada pendirian saya untuk kuliah di UGM. Akan jadi seperti apakah saya sekarang? Lalu, bagaimana pula dengan memilih pendamping hidup. Pasti pertimbangannya akan lebih banyak lagi. Kesimpulannya, sekali sudah memilih yaudah dijalani saja. There's no turning back. Jalani apapun konsekuensinya. Kan udah berani milih. Karena ngga mungkin banget kita bisa balik lagi ke titik persimpangan awal saat kita bimbang. Ngga mungkin balik lagi.

Katanya Tuhan sudah menggariskan jalan hidup kita. Lalu, bagaimana dengan pilihan-pilihan itu. Kalau jalan hidup sudah digariskan seharusnya tidak ada pilihan dong. Ataauuu..memang Tuhan telah membuat skenario hidup masing-masing orang dengan alternate ending? Wouw! Jadi, mulai sekarang berhati-hatilah dalam memilih. Pikirkan segala resiko dan konsekuensinya. Pilihan kamu bisa jadi berpengaruh sama orang-orang di sekitarmu. Hemm.. Ok, saatnya saya menerapkan kata-kata ini ke diri saya sendiri.

catatan kaki: 
Memilih ini juga termasuk saat memilih pemimpin negara. Nyesel juga ya karena telah memilih yang itu kemarin. :(

*ditulis di Prawirotaman, Jogja, 23 Maret 2012

No comments:

Post a Comment