Tuesday, April 3, 2012

hari autisme sedunia

Tanggal 2 April kemarin, diperingati sebagai Hari Autisme Sedunia. Dari pagi, timeline saya ramai membahas hari autisme ini. Tentu sudah banyak yang tau autisme itu apa. Mungkin banyak juga yang udah pernah ketemu dengan pengidap autisme. Begitu banyak penelitian mengenai autisme. Begitu banyak film yang menampilkan tokoh pengidap autisme. Serta begitu banyak jurnal pribadi dari orangtua yang hidup dengan pengidap autisme, menjadi cerita-cerita yang inspiratif.

Ingatan saya kembali ke beberapa tahun yang lalu, dimana saat itu saya dan teman-teman kuliah mengerjakan Tugas Karya Akhir, sebagai salah satu syarat untuk lulus dari kampus. Kami membuat tayangan feature 7 menit mengenai Terapi Lumba-Lumba untuk mengembangkan potensi anak berkebutuhan khusus, salah satunya anak pengidap autisme. Terapi tersebut dilakukan dengan melakukan interaksi antara anak pengidap autisme dan lumba-lumba. Misalnya dengan berenang bersama lumba-lumba. Lumba-lumba itu sendiri memancarkan gelombang sonar untuk mengamati air dan pasien. Nah, gelombang sonar lumba-lumba itulah yang kemudian dimanfaatkan untuk memperbaiki respon kognitif, fisik dan afektif pada anak pengidap autisme. 

Narasumber kami saat itu adalah anak laki-laki bernama Yandi. Ia menderita autis akibat imunisasi MMR. Ibunya, Budiati Santoso berkata sudah mencoba berbagai macam terapi untuk menyembuhkan Yandi. Namun, menurutnya Terapi Lumba-lumba jadi terapi yang paling pas. Karena ia melihat bagaimana Yandi sangat menikmati sesi-sesi terapi tersebut. Kemajuan yang dialami Yandi setelah mulai mengikuti Terapi Lumba-lumba pun cukup baik. Dalam beberapa kali pertemuan dengan Ibu Budiati, ia sedikit banyak menceritakan bagaimana perjuangannya dalam memberikan yang terbaik untuk Yandi. 

Menyaksikan cuplikan kehidupan Ibu Budiati dan Yandi selama beberapa waktu, membuat saya menyadari sesuatu. Bahwa manusia terkadang punya kekuatan dan kesabaran yang tak terhingga banyaknya. Well, when there's a will, there's a way kan? Jujur, saya kagum sekali dengan kesabaran dan ketabahan para orang tua yang hidup dengan anak pengidap autisme. Menurut saya, mereka adalah superhero terkuat. Ketelatenan mereka dalam merawat dan membesarkan anak autisme patut diacungi jempol. Bayangin aja, dari mulai pengaturan makanan, jadwal harian sampai mengajarkan sosialisasi. Dengan usaha yang dua kali lebih berat dibandingkan dengan mengajarkan anak normal. Tapi ternyata, banyak juga anak autis yang bisa berprestasi di sekolah umum. Jelas, orangtua punya peranan yang sangat penting dalam keberhasilan ini.

Walaupun tidak mengalaminya secara langsung, namun dengan melihat beberapa kasus pengidap autisme, saya menyadari kalau hidup dengan pengidap autisme tidak mudah. Jadi mulai sekarang, stop gunakan kata autis sebagai bahan bercandaan. Ngga susah kan untuk mulai peduli?

No comments:

Post a Comment