Sunday, May 6, 2012

balada pedestrian dan transportasi umum

Disclaimer: Postingan ini adalah blabber-ish saya semata, tak perlu dibaca jika tidak mau. Tapi kalau udah baca dan punya pendapat berbeda. Feel free to comment :)

Seperti yang udah saya tulis di postingan sebelumnya, saya memang suka banget jalan kaki dan menikmati 'petualangan' ketika menaiki transportasi umum. Menurut saya, jalan kaki, apalagi dengan cepat adalah kegiatan menyenangkan hati yang paling murah dan menyenangkan :) Sambil mendengarkan musik favorit, mengenakan sepatu dan pakaian yang nyaman, lalu biarkan pandangan mata berputar kiri kanan, mengamati sekeliling, menikmati pemandangan sekitar. Kamu ngga akan pernah menyangka bisa ngeliat apa aja. Seperti kemarin malam, saat saya dari Kyai Maja menuju GBK Senayan berjalan kaki, melintasi daerah Pakubuwono, Pati Unus, depan Plaza Senayan dan Senayan City. Saya melihat tak hanya kemacetan di jalan raya, tapi juga gelandangan yang tidur di bawah pohon, kuli-kuli pekerja bangunan yang leyeh-leyeh sambil bercengkrama dan merokok di depan warung rokok. Belum lagi deretan gerobak penjaja makanan dengan beragam aroma lezat masakannya yang mengundang pejalan kaki untuk mampir mendominasi trotoar. Halte dipenuhi karyawan bermasker yang menanti kendaraan umum untuk membawa mereka pulang ke rumah. Kalau di depan Plaza Senayan dan Senayan City, diramaikan dengan deretan motor dengan yang punya duduk diatasnya, parkir di trotoar, mereka adalah orang-orang yang menjemput pacar atau istrinya pulang dari kantor. Pemandangan yang begitu hidup. Denyut kehidupan kota yang sibuk. 

Kadang jalan kaki bisa sambil berkhayal juga. Tapi ati-ati kesandung. Tau sendiri pedestrian di Jakarta banyak yang rusak, ditumbuhi alang-alang bahkan ketika malam gelap tak berlampu. Tak ketinggalan banyak sampah dan genangan air ketika sehabis hujan. Belum kalau macet saat jam pergi atau pulang kantor. Pejalan kaki suka rebutan sama pengendara motor di trotoar. Padahal jelas-jelas trotoar adalah haknya pejalan kaki. *misuh-misuh* 

Tahun lalu saya berkesempatan mengunjungi negara tetangga Singapura dan Bangkok. Kalau dibandingin pedestrian Jakarta sama Singapura sih ya jauh bener lah ya. Di Singapura pedestriannya semua bersih semua rapi. Menyenangkan sekalilah pokoknya jalan disana. Ada beberapa tukang jualan es krim di pedestrian Orchard Road tapi memang mereka menjaga banget kebersihan sekitarnya. Bahkan Bangkok yang bisa dibilang kondisi kotanya sangat mirip dengan Jakarta, hadir dengan pedestrian yang lebih manusiawi. Di beberapa area, pedestrian memang diisi dengan tukang jualan namun ruang untuk pejalan kaki, masih cukup luas. Pemandangan sekitar pedestarian memang tak 'sehidup' di Jakarta, tapi dari segi kenyamanan untuk pejalan kaki, Singapura dan Bangkok patut diacungi jempol! 

Lalu, kenapa saya menikmati momen-momen saat menaiki transportasi umum? Lagi-lagi, saya bilang bahwa kamu ngga akan pernah menyangka bisa ngeliat apa aja. Dari kejadian yang lucu, bikin terharu, miris bahkan sampai menyenangkan. Meskipun memiliki mobil, dari dulu orang tua saya memang mengajarkan anak-anaknya untuk tidak anti dengan transportasi umum. Alasannya waktu itu, biar bisa survive dan ngga ketergantungan kalau ngga ada mobil. Ada untungnya juga saya sampai sekarang belum bisa menyetir, jadi mau ngga mau mengandalkan transportasi umum kemana-mana.  

Dari naik metromini dan kopaja, patas ac, angkot kecil, angkot sedang, becak, bajay, taksi, KRL ekspres, KRL ekonomi semua ada ceritanya. Beberapa cerita misalnya: saya menyaksikan sebuah keluarga yang hidup dari menyetir MetroMini. Sang ayah menjadi supir, sang Ibu menjadi keneknya dan anaknya ikut menyemangati ayahnya menyetir MetroMini, duduk di bangku paling depan. Di Kopaja pernah saya melihat seorang eksibisionis yang memamerkan dan memainkan kemaluannya :s. Ada juga seorang anak yang terlihat sangat excited jalan-jalan dengan ortunya di hari Minggu dengan angkot. Sebuah pemandangan yang bikin trenyuh, dengan hal sesimpel itu si anak bisa seneng banget. Kontras bila dibandingkan dengan anak-anak konsumtif yang berjalan-jalan di mall dengan sepatu beroda dan menenteng ipad terbaru. Tapi, di angkot pula pernah juga saya melihat usaha pencurian handphone melalui teknik hipnotis. Mengharukan melihat kakak dan adik berumur sekitar 10 dan 4 tahun mengamen dengan semangat di bus kota. Tapi, ngga rela saat dipaksa mengeluarkan 500 perak untuk pengamen remaja pria bergaya seperti anak punk sedang mabok dan teler.

Jakarta itu punya pasar dadakan lho. Coba tengok saja KRL ekonomi saat pagi hari. Betapa beragam jualannya. Dari buah-buahan, sayur mayur, aksesori rambut sampai hewan ternak. Bagaimana melihat orang-orang rela tidur di selasar kereta bisnis Jakarta-Semarang demi bertemu keluarga di akhir pekan. Rela berdesak-desakan di KRL Ekonomi AC Gondangdia - Depok agar cepat sampai di rumah. Tapi juga merasa nyaman saat naik KRL AC Sudirman-Serpong dengan para pekerja yang sibuk memainkan gadgetnya. Para penumpang TransJakarta yang membludak karena kurang memadainya armada, pelecehan seksual di dalam TransJakarta dan lain sebagainya. Kejadian yang cukup mengganggu saya alami sewaktu saya jalan-jalan sendirian Sabtu dua minggu yang lalu. Entah mengapa hari itu saat berada di TransJakarta dan angkot saya merasakan pandangan beberapa penumpang pria tertuju pada saya. Risih. Dipikir-pikir saya ngga memakai baju atau riasan yang seksi atau aneh. Hanya kaos, celana selutut dan sepatu. Masih wajar toh? Pandangan mata saya pun kemudian berkeliling dan menemukan seorang perempuan manis berkulit putih bening dan berjilbab. Dan ya! Ia pun diliatin oleh pria-pria itu. Dan perempuan tersebut juga tampak tidak nyaman dengan tatapan para pria itu. Ok, apakah ini sudah termasuk pelecehan? Lalu, apa yang bisa kami lakukan? 

Betapa irinya saya melihat transportasi umum di Singapura dan Bangkok. MRT dan BTS-nya juara dalam kebersihan dan ketepatan waktu. Nyaman. Dan, asyiknya lagi memang mental orang sana yang cuek-cuek ya, jadi ngga ada tuh hal-hal yaang bikin risih saat naik transportasi umum. Mau pakai baju seaneh dan seseksi apa juga ngga pernah diliatin. Dan itu saya menyaksikannya dengan mata kepala sendiri. Saat naik MRT di Singapura, ada perempuan dengan paha mulus dan putih yang dengan santainya pakai hotpants pendeeek sekali, ngga ada tuh penumpang pria yang gatel ngeliatin pahanya. Yang ada saya jadinya yang ngeliatin. Kalau di Bangkok, waktu itu saya norak foto-fotoan sama temen-teman di dalam BTS. Ngga ada tuh orang-orang yang kepo ngeliatin atau godain. Semua cuek, semua asyik dengan pikirannya, asyik dengan gadget mereka masing-masing. That's what I called: Ignorance is a bliss :)

Aman, nyaman, bersih, tepat waktu, memadai. Kalau saja kondisi transportasi umum di Jakarta yang seperti itu mungkin aja bisa mengurangi tingkat stres orang-orang Jakarta ya. Ngga akan telat lagi karena jadwal kereta yang ngaco. Ngga cape lagi karena desak-desakan di TransJakarta, ngga panas-panasan lagi di MetroMini. 

Saya selalu menikmati jalan kaki, tapi selalu misuh-misuh melihat kondisi pedestrian yang bobrok. Saya selalu menikmati petualangan saat naik transportasi umum (karena bisa melamun, melihat pemandangan yang tak biasa dan bahkan tidur saat macet) tapi selalu miris kalau ngeliat keadaan transportasi umum yang tak terpelihara, supir yang doyan kebut-kebutan sampai membahayakan nyawanya dan penumpang, jumlah penumpang yang tak sebanding dengan ketersediaan transportasi umum, dan banyak lagiii. 

Kalau kaya gini rasanya gatel ya nyuruh gubernur Jakarta dalam sebulan aja, nyobain pulang pergi naik transportasi umum. Biar ngerasain perjuangan rakyatnya mencari sesuap nasi setiap hari.  No wonder jalanan macet sama kendaraan pribadi. Ya, wong transportasi umum dan pedestriannya bobrok, gimana warga Jakarta mau beralih naik transportasi umum. Masih perlu juga membenahi mental orang Jakarta nih. Jiwa vandalismenya, rasa ingin melecehkan dan keponya emang harus dikurangi. Jadi, transportasi umum bisa terpelihara dengan baik, ngga jadi jorok kaya sekarang. Penumpang perempuan pun lebih nyaman naik transportasi umum, karena ngga dilecehkan. Percuma mau bikin MRT segala macem, kalau ngga dipelihara dengan baik sih ya sama aja bakalan bobrok juga. Kalau saya terpilih jadi gubernur Jakarta, yang pertama saya lakukan adalah merevitalisasi transportasi umum yang ada sekarang. Dibagusin lagi, dibikin nyaman lagi, abis itu baru deh gembar-gembor kampanye "Tinggalkan kendaraan pribadi Anda. Mari beralih ke transportasi umum yang lebih efisien". Jangan lupa masukan juga subjudul "Pelihara dan jagalah fasilitas publik". Maksimalkan yang ada, perbaiki yang ada, baru investasi buat bangun moda transportasi yang baru, seperti MRT misalnya. Kenapa jadi melenceng ke gubernur segala lagi nih :s

Ngarep banget kalau kota tercinta Jakarta ini punya pedestrian dan transportasi umum sekece Singapura dan Bangkok. Abis itu muncul pertanyaan, akankah lagi kita melihat berbagai 'cerita' jika pedestrian dan transportasi umum Jakarta menjadi se-modern itu? Memang apa yang ada disini belum tentu ada disana, apa yang ada disana belum tentu ada disini. Intinya, dibalik semua misuh-misuh saya, saya tetap cinta Jakarta. Surprising city, banyak hal-hal yang ngga bisa ditemukan di kota atau negara lain ada disini. Tapi akan menyenangkan bila sekali-sekali jalan-jalan di kota lain dengan pedestrian dan transportasi umum yang kece, menikmati private space di tengah-tengah public space jauh dari pelecehan. Refreshing mind :)

4 comments:

  1. mampir ke surabaya dong...pedestriannya terutama yg di tengah kota cukup rapi. kalo angkotnya ya gitu2 aja sih..tp cukup nyaman. kalo kejahatan di angkot memang gk jauh beda. ternyata kita punya kesamaan ya...gk bisa nyetir. skrg sih udah jarang naik angkot kecuali terpaksa...tapi masih hafal rute hampir semua angkot di surabaya...hehhehe

    ReplyDelete
  2. hehehe saya baru 3 th d jakarta, teratur kalau di jkt pusat medan merdeka ya sepertinya, kalau diluar itu??setuju dengan pendapatnya tentang gubernur,uuppss...saya sempat membayangkan jkt seperti Seoul atau minimal Bangkok saat menonton film mereka:)

    ReplyDelete
  3. @ryna: aku belum pernah ke surabaya, mba Ryna.. pengen banget. kalo aku kesana ajak aku muter2 naik angkot yo :)

    @eri: toss

    ReplyDelete
    Replies
    1. okaay...kabari aja kalo ada kesempatan ke surabaya

      Delete