Sunday, May 20, 2012

Partner In Crime

Dear Diary..

Sekarang saya mau cerita soal Partner In Crime saya. Priscilla Julia Leony Picauly. Itu nama panjangnya. Panggilannya: Lia. Gadis manis keturunan Ambon ini telah mengenal saya selama kurang lebih 12 tahun. Udah melewati berbagai model rambut masing-masing deh ya. Silakan aja liat foto-foto kami di bawah ini. 



Awalnya, kami sekelas di sebuah SMA di Jakarta Selatan. Saya duduk di bangku kedua dari depan di pinggir jendela. Sedangkan Lia, duduk di bangku ketiga. Selama tiga tahun masa SMA, kami tak terpisahkan. Setiap hari pulang bareng dengan naik bis Koantas Bima 102. Sesampainya di rumah biasanya saling telpon-telponan. Padahal udah seharian ketemu di sekolah. Ada-ada aja ceritanya. Kebanyakan sih ngomongin gebetan :p Kebiasaan setiap hari Jumat pulang sekolah, kami bersama sahabat yang lain mengunjungi Blok M Plaza untuk main internet! Iya MIRC. Doohh.

Lia beragama Kristen Protestan. Alhamdulillah selama ini perbedaan tersebut tidak pernah menjadi ganjalan dari hubungan persahabatan kami. Toleransi beragama selalu kami jaga. Kamipun dekat dengan keluarga masing-masing. Beberapa kali Lia menginap di rumah saya dan begitupun sebaliknya. Meskipun mamahnya Lia punya aturan yang cukup strict soal nginep-nginepan ini. Kalau mau nginep, Lia mesti ngomong minimal dua minggu sebelum hari H biar diijinin. Tapi selama dua minggu itu, we're crossing our fingers. Takut tiba-tiba mood mamahnya Lia berubah dan ngga ngijinin Lia nginep. Hahahha.



Gadis Leo sejati ini menurut saya adalah seseorang yang bahkan lebih mengenal diri saya dibandingkan saya mengenal diri saya sendiri. Lia orangnya pemberani banget (naik angkot malam-malam ngga jadi halangan buat dia), tegas, udah tau banget maunya apa, ngga segan-segan meng-komplain seseorang kalau dirasa kelakuan orang tersebut udah kelewat batas mengganggunya. Tak terkecuali saya. Sering banget saya dikomplain karena terlalu kepo, terlalu childish atau terlalu labil. Walaupun konteksnya menegur, saya selalu mendengarkan kata-katanya. Udah kaya emak-emak ngomelin anaknya. Jadi, saya panggil dia Mamih Lia deh.

Teguran itu saya anggap sebagai sesuatu yang memang harus diubah dalam diri saya. Ia pun menegur tidak dengan menggurui. Jadi ya selama ini fine-fine aja. Terkadang Lia suka keluar galaknya, apalagi kalau dia melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan prinsipnya. Nah kalau kaya gitu, gantian saya yang negur dia untuk tidak terlalu cepat menilai seseorang, karena pasti ada alasan di balik orang tersebut melakukan hal itu.   Berantem sih hal biasa ya. Tapi hebatnya kami tak pernah berantem lebih dari sehari. Entah karena kami yang sama-sama ngangenin *eeehh atau memang sudah segitu kenal dengan pribadi masing-masing. Jadi abis berantem, tau-tau udah ngobrol lagi aja.

Kesamaan kami: Suka jalan-jalan. Jadi, paling asik kalau ngomongin destinasi-destinasi wisata sama Lia. Apalagi sekarang Lia bekerja sebagai reporter di sebuah majalah wisata. Kalau dia lagi bertugas meliput suatu daerah, tinggal saya deh yang gigit jari karena iri. Kalau lagi jalan-jalan, gayanya Lia ini cenderung cuek, layaknya turis-turis bule, Lia ngga peduli tampil gembel. Anaknya ngga ribet, beda banget sebenernya sama saya yang apa aja dipikirin termasuk mau pake baju apa tiap harinya. Lia juga lebih menyukai destinasi wisata alam atau budaya. She's truly a museum lady! Segala macem museum deh dia doyan. Kalau lagi jalan-jalan kemana pasti dia menyisipkan jalan-jalan ke museum di daerah tersebut ke dalam itinerary-nya. Sedangkan saya lebih menyukai destinasi wisata yang sifatnya lebih modern, walaupun doyan ke museum juga sih, tapi tarafnya masih kalah sama Lia. Kami bahkan pernah kencan mengunjungi Museum Nasional dan duduk-duduk di taman Monas. Seru!







Lia jadi orang yang pertama tau hal-hal yang terjadi dalam hidup saya. Nyaman banget menceritakan hal-hal itu sama dia, dia bisa jadi pendengar yang baik sekaligus memberikan tanggapan dari sudut yang berbeda. Waktu itu, Lia jadi orang yang pertama saya hubungi ketika saya putus dengan pacar saya. Ketika saya mendapat pekerjaan baru pun, dia jadi orang yang tau pertama kali. Pernah suatu hari saya menceritakan suatu hal yang sangat pribadi. And she's got mad. Bener-bener marah dia. Dia berpikir bahwa saya sudah bertindak kelewat batas. Bukan seperti saya yang dia kenal selama 12 tahun ini. Well, sekarang saya mengerti, that is her way to showing that she cares about me

Serunya, waktu kami ke Bali dua tahun yang lalu bareng sahabat kami yang satu lagi, Eka. Saat itu saya dan Lia yang sibuk utak-atik itinerary. Mikirin mau kemana aja. Ketika kami ke Bali itu bertepatan dengan peringatan hari tembakau sedunia. Dan kami merayakannya dengan merokok di pantai kuta maghrib-maghrib.






Sekarang saya lagi pengen banget ngeliat Lia jatuh cinta lagi sama seseorang. Dia bisa jadi orang yang bener-bener beda lho ketika jatuh cinta. Jadi lebih ceria banyak senyum-senyum. Dan kalau kata Dhincit, Lia bisa jadi kurus pas lagi jatuh cinta. :D Iya, saya sama Dhincit sama-sama menulis tentang orang yang sama nih. Bedanya saya kenal Lia dari SMA, sedangkan Dhincit saat kuliah. Udah lama banget ngga denger cerita Lia gebet cowok. Terakhir tahun lalu saat ia liputan ke Padang. Uhuukk.. Waktu itu saya seneeeeng banget dengernya. Baru-baru ini, Lia me-whatsapp saya. Dia nulis "Hey, Asep! Aku lagi jatuh cinta nih" Dan seketika saya langsung menelponnya. Soalnya bener-bener seneng banget dengernya. Karena penasaran langsung saya telpon aja. Eh ternyata itu cuma boong-boongan. Biar saya cepat merespon whatsappnya. Doohh..

Dari dulu Lia selalu bilang ingin menikah di usia 30 tahun dan dia konsisten dengan kata-katanya itu. Ngga pernah-pernahnya sekarang-sekarang ini saya mendengar keluhannya pengen nikah. Yang ada, dia sedih karena takut ngga punya temen karena temen-temennya udah pada nikah semua. Suatu hal yang juga saya rasakan sekarang. Well, you still have me, your single bestfriend, Lia :)

 Sekarang cerita-cerita dalam hidupnya Lia didominasi dengan cerita kerjaan dan keluarga. Menurut saya, she's on the right path to reach her dreams. Dengan sifat pantang menyerahnya dan selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam pekerjaannya, saya yakin sesaat lagi dia pasti bisa meraih semua mimpinya :) Tak sabar rasanya menantikan hari Selasa. Saat saya dan Lia berpetualang berdua ke dua negeri tetangga. We call it our honeymoon trip. Akankah ada cerita menarik lainnya? Heem.. Tunggu cerita seru kami ya!







#ngeblogramerame

No comments:

Post a Comment