Wednesday, June 20, 2012

Review Buku - Filosofi Kopi by Dee

Apa kabar geng #ngeblogramerame? Saya kembali lagi! Siap membayar utang tiga postingan di tiga minggu terakhir ini. Postingan pertama adalah review buku. Dari sekian ratus buku yang udah pernah saya baca, saya memilih buku kumpulan cerrita dan prosa karangan Dee Lestari, Filosofi Kopi. Diterbitkan pertama kali pada Februari 2006, saking lakunya, buku ini sudah mengalami puluhan kali cetak ulang. Sampul bukunya pun berbeda-beda. Terhitung udah ada tiga jenis sampul yang berbeda hingga sekarang. Benang merahnya; warna coklat kopi yang cantik.

                          


Saya memang selalu menyukai tulisan-tulisan Dee yang penuh metafora, baik dari saga Supernova maupun beberapa novel kumpulan cerpennya. Ada sensasi tersendiri ketika berhasil mengartikan dan memahami simbol demi simbol yang ia tuliskan. Penuh metafora namun ditulis dengan simpel dan dengan gaya bahasa yang ringan, namun tetap elegan. Mampu membawa kita memasuki setting cerita, mengikuti naik turunnya alur cerita, merasakan emosinya tokohnya, menikmati berbagai kejutan yang muncul. 

Ada 18 cerita dan prosa yang ditulis sejak tahun 1995 sampai 2005. Dibuka dengan cerita Filosofi Kopi, dimana Dee mengajak kita bertualang mengunjungi hangatnya kedai kopi yang dimiliki oleh dua orang sahabat. Konsep kedai kopi yang unik, membiarkan para pengunjungnya untuk mencari filosofi hidup dari secangkir kopi yang mereka minum. Membaca cerita pembuka ini, saya seakan-akan sedang menyaksikan sebuah adegan demi adegan dalam film. Semua begitu nyata, karena penulisannya yang deskriptif.

Seindah apapun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? 
Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi? 
Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? 
Dan saling menyayangi bila ada ruang? 
Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan,
 tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu.

Itulah paragraf pembuka cerita berjudul Spasi, dimana Dee 'memamerkan' keahliannya bermetafora manis tentang cinta dan posesif, melalui permainan pilihan kata yang ciamik. Menikmati sisi lain dari cinta dan posesif. Di cerita lainnya berjudul Sikat Gigi, Dee meng-encourage kita untuk berani memperjuangkan cinta, karena walaupun banyak hal yang tak bisa dipaksakan, tapi sebenarnya layak diberi kesempatan :') Jadi, jangan nyerah dulu.

Membaca Filosofi Kopi sungguh membuat emosi teraduk-aduk, tersenyum-senyum sendiri membaca cerita penuh cinta, merasa tertohok ketika membaca cerita yang mirip pengalaman pribadi, bahkan mata pun ikut berkaca-kaca. Tak membutuhkan waktu yang lama untuk saya menyelesaikan buku ini. Kira-kira sekitar 2 jam lah. Karena ya itu, saking terbawa ceritanya.

I must say, this book is really worth to read!

#ngeblogramerame

PS: Untuk kamu yang pernah saya 'cekik', maafkan aku ya. Aku mengerti sekarang :')

No comments:

Post a Comment