Thursday, July 26, 2012

jadi anak kereta (lagi)

Dua hari ini saya datang sangat pagi ke kantor. Orang-orang pun terheran-heran. Karena biasanya kalau lagi beruntung ketemu jalanan yang ngga begitu macet, saya sampai kantor jam 9 kurang. Tapi kalau lagi sial, ketemu si komo (jalanan macet maksudnya) saya bisa sampai kantor jam 9 lewat. Padahal jam masuk kantor itu 08.30. Hehehe. Selama ini, saya biasa naik Trans Bintaro (bis perumahan) yang berangkat pukul 08.00, turun di daerah Pakubuwono lalu dilanjutkan dengan Metromini 69 sampai depan kantor saya. Ketemu macetnya tentu aja banyak. Mulai dari tol Jorr Bintaro, Arteri Pondok Indah sampai kadang-kadang di daerah Pakubuwono.



Berhubung kemarin ada wacana meeting pagi. Mau ngga mau saya harus berangkat lebih pagi. Sebelumnya saya pernah mencoba naik Trans Bintaro pukul 07.30 (lebih pagi setengah jam) tapi sampai kantor tetap telat. Ketemu macetnya sama aja. Akhirnya saya mencoba moda transportasi baru, Commuter Line. Mengikuti jejak adik saya @dwiedianty yang memang naik Commuter Line setiap hari menuju kantornya di daerah Kebon Sirih. Dengan naik Commuter Line dari stasiun Pondok Ranji jadwal keberangkatan pukul 07.30, saya bisa sampai stasiun Kebayoran pukul 07.40, lanjut naik Metromini 74 sampailah saya di kantor pukul 07.50. Cepat sekaliiiii. magic! Ongkos pun sebenarnya bisa lebih hemat. Dengan catatan, dari rumah mesti naik angkot ya bukan ojeg. Ngga cape pula, sampai kantor masih fresh, udara juga masih segar, ngga terlalu panas, dan sempat nge-blog dulu sebelum kerja. Hehehe.

Tapiiii.. tetep ada tapinya, kekurangannya cuma satu. Harus rela berdesak-desakan kaya sarden di kereta. Makanya saya dan adik saya dua hari ini naik di gerbong khusus perempuan, biar kalau dempet-dempetan ngga risih. Satu lagi tipsnya, harus punya daya dorong yang kuat, kalau ngga, jangan harap bisa masuk KRL. Kalau mau masuk memang mau ngga mau kita harus mem-push tubuh kita untuk mendorong para penumpang yang udah ada di dalam lebih dulu. Seru deh! :D Naik kereta memang butuh toleransi tinggi. Buat penumpang yang udah di dalam duluan jangan marah kalau didorong-dorong, buat yang mau naik jangan lupa bilang "maaf ya, bu, pak, kedorong-dorong nih" . Toh kita sama-sama mau kerja kan?



Sebenarnya naik Commuter Line ini bukan hal yang baru-baru banget buat saya. Karena dua tahun lalu, saat kantor saya masih di daerah Thamrin, saya selalu menggunakan moda transportasi kereta menuju rumah. Dulu namanya belum Commuter Line tapi masih KRL Jabodetabek. Tahun sebelumnya ketika saya masih berstatus mahasiswa sekaligus karyawan, saya juga mengandalkan KRL sebagai moda transportasi tercepat dari kantor menuju kampus di Depok. 

Saya selalu senang memerhatikan tingkah laku para penumpang kereta. Berhubung dulu saya naik KRL Jabodetabek AC dengan rute Stasiun Sudirman-Serpong. Sebagian besar penumpangnya terdiri dari pekerja kantoran. Maka udah jadi hal yang biasa kalau di kereta orang-orang mainan gadgetnya masing-masing. Blackberry, tablet, sampai laptop! Beda lagi kalau saya naik KRL dengan rute Sudirman-Depok, meskipun banyak pekerja kantoran, tapi ada juga ibu-ibu rumah tangga yang membawa tabloid untuk dibaca. Kebanyakan penumpang ke arah Depok juga banyak yang naik KRL dengan kerabatnya sehingga perbincangan pun lebih ramai, tak hanya ansos memainkan gadget. Memang selalu ada cerita dari KRL. Apalagi kalau KRL mengalami masalah teknis, korslet atau kebanjiran. Bisa kejadian tuh di antara penumpang yang destinasinya deketan sharing taksi atau charter angkot. Seru!

Disayangkan aja sih sebenarnya moda transportasi yang jadi andalan warga Jakarta dan sub-urban ini masih belum bisa diandalkan. Masih banyak masalah teknis, keterlambatan dan kurangnya perawatan. Padahal kalau dilihat-lihat KRL kita ngga kalah lho sama punya Jepang (ya emang dapetnya bekasan dari sana. eerr). Jadi untuk gubernur Jakarta berikutnya, ngga perlu buang-buang duit untuk mengurai kemacetan dengan membangun ruas jalan. Yang paling gampang itu, benahi transportasi umum, benahi sistemnya, perawatannya, bikin warga Jakarta dan sub-urban beralih ke transportasi umum. Dijamin deh kalau transportasi umum memadai dan terawat, semua pasti males bawa kendaraan sendiri. Cape soalnya ketemu macet. Jadi ketagihan naik kereta lagi nih, lalu kalau besok ngga ada meeting pagi, masih mau empet-empetan di kereta ngga? We'll see :)

No comments:

Post a Comment